Jakarta –
Bayangkan seorang anak kecil, matanya berbinar menatap buku pelajaran. Ia bersemangat untuk belajar, haus akan ilmu pengetahuan. Tapi, ia datang ke sekolah dengan rasa lapar yang menggerogoti, membuat konsentrasinya buyar, pikirannya melayang, dan semangatnya meredup. Ini bukan kisah fiksi, tapi realita yang dihadapi oleh jutaan anak di seluruh dunia. Kita hidup pada era ketika kesuksesan akademis dan karier dielu-elukan sebagai tujuan hidup. Namun, di tengah hiruk pikuk mengejar prestasi, kita sering melupakan sesuatu yang jauh lebih fundamental: hubungan erat antara makanan bergizi dan pendidikan.
Sebagai seorang pemuda yang peduli dengan masa depan bangsa, saya ingin mengajak untuk merenungkan kembali peran vital nutrisi dalam meraih mimpi dan membangun masa depan yang lebih cerah. Bagaimana mungkin seseorang bisa fokus belajar, berpikir jernih, dan berkreasi dengan maksimal jika tubuhnya kekurangan gizi? Itu ibarat membangun gedung pencakar langit di atas pondasi pasir-rapuh dan mudah ambruk.
Otak, sebagai organ yang kompleks, membutuhkan nutrisi seperti omega-3, omega-6, zat besi, dan kolin untuk mendukung fungsi kognitif, meningkatkan konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan berpikir kritis. Bayangkan, jika anak-anak dibiarkan tumbuh dengan kekurangan nutrisi, mereka akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran, sulit berkonsentrasi, dan tertinggal dalam pembelajaran, yang menghambat potensi mereka untuk mencapai mimpi-mimpi mereka.
Program Makan Bergizi Gratis
Di banyak daerah, terutama di komunitas kurang mampu, akses terhadap makanan bergizi masih menjadi mimpi. Banyak anak-anak yang datang ke sekolah dengan perut kosong, yang tentu saja akan menghambat kemampuan mereka untuk belajar. Bagaimana mungkin mereka bisa fokus belajar ketika mereka terus menerus dihantui rasa lapar?
Saya percaya bahwa program makan bergizi gratis adalah solusi yang paling tepat untuk memecahkan permasalahan ini. Bayangkan, sebuah program yang bukan hanya mengisi perut, tapi juga membuka cakrawala pengetahuan bagi anak-anak. Kita dapat meneladani contoh sukses dari Brasil, di mana program “Merenda Escolar” telah berhasil memberikan makanan sehat kepada jutaan anak, dan hasilnya luar biasa: kesehatan mereka meningkat, prestasi akademik mereka melambung, dan masa depan mereka menjadi lebih cerah.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah sebuah gebrakan yang diinisiasi oleh pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dengan fokus awal pada anak-anak sekolah dan kelompok rentan lainnya. Program ini dijalankan oleh Badan Gizi Nasional (BGN), sebuah lembaga pemerintah yang berdedikasi untuk mewujudkan pemenuhan gizi nasional, sesuai dengan Pepres Nomor 83 Tahun 2024.
Program MBG akan resmi diluncurkan pada 2 Januari 2025, dan penerapannya disesuaikan dengan jadwal belajar mengajar di setiap jenjang pendidikan. Pembagian MBG untuk anak sekolah diatur sebagai berikut: anak sekolah PAUD – Kelas 2 SD menerima makan siang gratis pukul 8 pagi, anak sekolah Kelas 3 – 6 SD menerima makan siang gratis pukul 9.30 pagi, dan anak sekolah SMP – SMA menerima makan siang gratis pukul 12 siang.
Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 71 triliun untuk program ini, dengan target sasaran yang dijalankan secara bertahap selama lima tahun ke depan: pada 2025 menargetkan 40% penerima manfaat, pada 2026 meningkat menjadi 80%, dan pada 2029 diharapkan mencapai 100% penerima manfaat.
Membangun Budaya Nutrisi
Amartya Sen, seorang ekonom terkemuka, memiliki teori tentang “kemampuan” (capability) yang sangat relevan dengan isu ini. Sen berpendapat bahwa akses terhadap sumber daya, termasuk makanan bergizi, merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam konteks pendidikan, jika anak-anak tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi, maka kemampuan mereka untuk belajar dan berkembang akan terhambat.
Kita semua memiliki peran penting dalam mewujudkan perubahan ini. Pemerintah harus mengalokasikan dana yang cukup untuk program makanan bergizi di sekolah. Sekolah sendiri harus bekerja sama dengan organisasi lokal untuk mendistribusikan makanan dengan efektif. Sebagai seorang pemuda, saya percaya bahwa kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan.
Tidak hanya itu, membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya nutrisi juga sangat krusial. Banyak orangtua yang masih belum menyadari dampak nutrisi terhadap perkembangan anak mereka. Kita perlu menyebarkan informasi tentang manfaat makanan bergizi bagi tumbuh kembang anak secara masif dan efektif. Kita perlu meyakinkan masyarakat bahwa investasi dalam nutrisi adalah investasi dalam masa depan yang lebih cerah.
Kita harus mengubah pola pikir masyarakat. Teori perubahan sosial dari Kurt Lewin memberikan kita kerangka kerja yang tepat. Pertama, kita perlu “membekukan” pola pikir lama, yaitu melepaskan kebiasaan berpikir bahwa pendidikan dan nutrisi adalah dua hal yang terpisah. Kemudian, kita perlu “mengubah” cara pandang masyarakat, meyakinkan mereka bahwa nutrisi merupakan kunci untuk mencapai prestasi akademis yang optimal. Terakhir, kita harus “membekukan” perubahan ini dalam budaya masyarakat, menjadikan makanan bergizi sebagai bagian integral dari kebiasaan sehari-hari.
Media, sekolah, dan komunitas harus bersatu padu dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya nutrisi. Dengan mengedukasi masyarakat, kita dapat menciptakan budaya yang menghargai kesehatan dan pendidikan secara bersamaan. Makanan bergizi bukanlah pilihan, tapi sebuah keharusan untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Dengan menyediakan makanan bergizi gratis, kita tidak hanya meningkatkan kesehatan anak-anak, tapi juga memberikan mereka kesempatan untuk mencapai potensi penuh mereka.
Saya mengajak kita semua untuk berpartisipasi aktif dalam gerakan ini. Mari kita ciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang, di mana setiap anak memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas dan makanan yang bergizi. Langkah-langkah kecil kita dapat menghasilkan perubahan besar yang akan dirasakan oleh banyak orang. Setiap tindakan kecil, setiap langkah yang kita ambil, akan menjadi bagian dari gerakan besar untuk membangun masa depan yang lebih baik. Saatnya kita bergerak bersama, untuk membangun masa depan yang lebih baik, dimulai dari meja makan!
Amir Ma’ruf mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Universitas Nahdlatul Ulama, aktif di Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta (LKKY)
(mmu/mmu)