Pejabat Hamas mengatakan bahwa kelompok itu menerima usulan dari mediator Mesir dan Qatar untuk gencatan senjata jangka pendek di Gaza. Namun, Hamas menolaknya karena tidak mencakup gencatan senjata yang langgeng.
“Usulan itu tidak mencakup penghentian agresi secara permanen, juga tidak memerlukan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza atau pemulangan orang-orang yang mengungsi,” kata anggota biro politik Hamas, dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk berbicara di depan umum tentang masalah tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (1/11/2024).
Seorang pemimpin senior Hamas, Taher al-Nunu, telah memperingatkan pada Kamis (31/10) bahwa kelompok itu akan menolak usulan apa pun untuk penghentian sementara pertempuran. Tetapi Nunu mengatakan Hamas belum menerima usulan resmi apa pun pada saat itu.
Pertemuan antara kepala Mossad Israel David Barnea, Direktur CIA AS Bill Burns, dan Perdana Menteri Qatar di Doha, yang berakhir pada Senin (28/10), membahas usulan gencatan senjata “jangka pendek” selama “kurang dari sebulan”, sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada AFP pada Rabu (30/10).
Usulan tersebut melibatkan pertukaran sandera Israel dengan warga Palestina di penjara Israel dan peningkatan bantuan ke Gaza, sumber tersebut menambahkan.
Pejabat Hamas yang berbicara kepada AFP pada Jumat (1/11) mengatakan usulan gencatan senjata sementara tersebut mencakup peningkatan jumlah truk bantuan serta pertukaran sebagian tahanan.
Dia mengatakan kelompok tersebut telah menanggapi dengan menegaskan kembali posisinya bahwa “apa yang diinginkan rakyat Palestina adalah gencatan senjata yang lengkap, menyeluruh, dan abadi”.