Jakarta –
Cawagub Jakarta nomor urut 1 Suswono menanggapi soal beda hasil survei antara Poltracking dan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Dia mengatakan, perbedaan hasil survei bisa jadi terdapat pelanggaran kode etik pada organisasi survei.
Suswono menyatakan, survei memiliki metodologi dan pakem yang harus diikuti. Menurutnya pihak yang menyurvei tidak boleh karena pesanan, lalu memutarbalikan fakta dari realita yang ada.
“Ada etikanya, ada kode etiknya, kita tunggu saja setelah dipanggil, siapa yang sebetulnya melakukan kebohongan, intinya begitu,” kata Suswono seusai menghadiri deklarasi relawan Fahira Idris di Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2024).
Bagi Suswono, hasil survei baik akan menambah semangatnya dan rekan koalisi menyongsong pemilihan 27 November mendatang. Sebaliknya, hasil survei buruk dapat membuat kabur semangat.
“Karena sekali lagi bagi kami, survei bagus ya berarti kita menambah semangat untuk mempertahankan dan meningkatkan kan gitu. Kalau ternyata surveinya jelek berarti bagaimana kita menambah semangat untuk mengejar, begitu saja cara menanggapinya, enggak ada beban lah buat kami,” ungkap dia.
Suswono menuturkan, pihak Persepi (Perhimpunan Survei Opini Publik) bisa mengusut apa yang terjadi dengan beda hasil survei ini. Jika terdapat pelanggaran etik, dia meminta agar diberi teguran
“Ada persatuan yang nanti melanggar kode etik pasti ada ditegur atau diberi peringatan atau mungkin dalam tanda kutip enggak tahu ya apakah kayak model IDI gitu bisa dicabut izin misalnya sebagai survei yang tidak layak. Kita intinya sekali lagi serahkan ke lembaga yang punya kewenangan untuk itu,” tegasnya.
Di survei LSI, pasangan calon RK-Suswono turun ke posisi kedua dengan perolehan 37,4 persen lalu disusul pasangan Dharma-Kun. Hasil itu disalip paslon Pramono-Rano dengan 41,6 persen.
Sementara itu, hasil survei di Poltracking paslon RK- Suswono menduduki posisi puncak dengan 51,6 persen. Sedangkan Pramono-Rano 36,4% di terakhir Dharma-Kun 3,9%.
(dnu/dnu)