Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Prefektur Shizouka melaksanakan diskusi lanjutan terkait evaluasi dan persiapan Shizouka Job Fair yang akan digelar pada Februari 2025. Adapun diskusi tersebut untuk mengoptimalkan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Jepang.
Turut hadir dalam diskusi tersebut yakni Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman, Direktur Urusan Ketenagakerjaan di Prefektur Shizouka Yasutoshi Maishima, dan Kepala UPTD Layanan Terpadu Satu Atap Pekerja Migran Indonesia Yanu Krisdiyan.
Diketahui, Prefektur Shizouka ini menyoroti pentingnya persiapan yang matang dalam menghadapi pelaksanaan Job Fair, terutama dalam memfasilitasi pengiriman tenaga kerja dari Jawa Barat ke Jepang.
Herman Suryatman mengatakan Job Fair pada Februari 2025 akan membuka peluang besar bagi lulusan SMA/SMK, serta sarjana dari Jawa Barat untuk bekerja di Jepang, khususnya di Prefektur Shizouka.
“Kabar baik bagi para pemuda Jawa Barat. Dalam empat bulan ke depan, tepatnya pada Februari 2025, kita akan melaksanakan Shizouka Job Fair, khusus untuk peluang kerja di Jepang. Kami telah berdiskusi dengan Pak Maishima yang akan mengkoordinasikan perusahaan-perusahaan di Shizouka untuk berpartisipasi dalam Job Fair ini,” kata Herman dalam keterangan tertulis, Rabu (16/10/2024).
“Kami mengajak para pemuda Jawa Barat untuk mempersiapkan diri dengan baik. Kesempatan bekerja di Jepang, khususnya di Shizouka, menawarkan kesejahteraan yang jauh lebih baik dibandingkan negara lain. Jadi, manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya,” sambungnya.
Herman Suryatman menekankan potensi besar tenaga kerja Jawa Barat yang sudah menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
“Jawa Barat memiliki potensi tenaga kerja migran yang luar biasa. Jepang membutuhkan tenaga kerja, dan kami memiliki sumber daya tersebut. Kami berharap pengiriman tenaga kerja ke Jepang, terutama ke Shizouka, dapat lebih optimal ke depannya. Kami juga berharap agar Pemerintah Shizouka dapat memfasilitasi proses pengiriman tenaga kerja ini, terutama dalam hal persyaratan seperti bahasa,” jelasnya.
“Kami akan mempersiapkan calon tenaga kerja dengan baik, mulai dari kemampuan bahasa Jepang tingkat N4 untuk program magang hingga N3 untuk SSW. Kami optimis bahwa kolaborasi ini akan saling menguntungkan baik untuk Shizouka maupun Jawa Barat,” tambahnya.
Sementara itu, Yasutoshi Maishima mengungkapkan harapannya agar kerja sama antara Shizouka dan Jawa Barat melalui Job Fair ini dapat semakin mempererat hubungan bilateral dan memberikan dampak positif bagi perkembangan kedua wilayah.
“Kami sangat menantikan Job Fair ini. Selain di Indonesia, kami juga menggelar Job Fair di negara-negara seperti Mongolia dan Vietnam, namun banyak orang Indonesia yang merasa nyaman bekerja di Shizouka. Kami selalu memastikan lingkungan kerja yang baik, dan jika ada masalah antara pekerja dan perusahaan, kami berharap dapat bekerja sama dengan Pemerintah Jawa Barat untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan baik,” ungkap Maishima.
Maishima menambahkan bahwa persiapan yang matang dalam rapat ini bertujuan agar Job Fair pada Februari mendatang dapat berjalan lancar. Sehingga bisa memberikan kesempatan lebih besar bagi tenaga kerja Indonesia, khususnya dari Jawa Barat untuk berkarir di Jepang.
Yanu Krisdiyan menjelaskan pentingnya memperluas kesempatan kerja bagi pemuda Jawa Barat di luar negeri.
“Saat ini, Jepang menjadi salah satu negara paling diminati oleh pemuda Jawa Barat. Dari data Januari hingga September, Jepang berada di peringkat keempat sebagai tujuan kerja yang paling diminati,” kata Yanu.
Pada Februari 2025, Shizouka Job Fair diharapkan menjadi momentum strategis untuk memperluas akses tenaga kerja asal Jawa Barat ke Jepang, dengan persiapan matang dari berbagai aspek, termasuk kemampuan bahasa dan keterampilan teknis. Pemerintah Shizouka akan berperan penting dalam mengoordinasikan perusahaan-perusahaan di wilayah tersebut untuk berpartisipasi aktif dalam membuka peluang kerja bagi tenaga kerja asal Jawa Barat.
Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi kedua belah pihak, terutama dalam memperkuat hubungan ketenagakerjaan antara Shizouka dan Jawa Barat.
“Dalam evaluasi Job Fair sebelumnya, kami menemukan bahwa kami membutuhkan data lebih detail tentang para pekerja yang diterima seperti nama, alamat, posisi pekerjaan, serta alasan penolakan bagi mereka yang belum lolos seleksi. Dengan informasi ini, kami dapat mempersiapkan SDM yang lebih baik untuk menghadapi Job Fair mendatang,” tutup Yanu.