Singapura secara resmi menerima dua kapal selam canggih baru pada hari Selasa (24/09). Kapal-kapal ini dibeli untuk melindungi jalur komunikasi laut, dan menurut para ahli akan beroperasi di luar perairan negara itu.
Ini adalah kapal selam kelima dan keenam yang dimiliki Singapura. Kapal selam jenis Invincible dan Impeccable, dipesan dari perusahaan Jerman, ThyssenKrupp Marine Systems, pada 2013 dalam kesepakatan senilai 1 miliar euro. Kedua kapal ini akan beroperasi bersama dengan kapal-kapal kelas Archer dan Challenger yang lebih tua.
Para ahli mengatakan kedua kapal selam baru ini akan memajukan teknologi pertahanan negara kaya itu untuk beroperasi lebih jauh dari pantai dan butuh lebih sedikit awak. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu kapal selam paling senyap di kawasan tersebut.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
“Untuk negara sekecil negara kita, kita butuh semua pengganda kekuatan yang bisa kita dapatkan,” ujar Kolonel Fong Chi Onn, Komandan Armada Kapal Selam Singapura.
Setiap kapal selam kelas Invincible hanya butuh 28 awak untuk pengoperasiannya. Kapal ini berukuran 70 meter dan berbobot 2.200 ton.
Awak kapal mengatakan bahwa otomatisasi di sejumlah perangkat kapal selam ini telah mempermudah pengoperasiannya. Kedua kapal selam ini juga merupakan kapal selam pertama Singapura yang memiliki fasilitas untuk awak perempuan.
“Kedua kapal ini setidaknya sebanding dengan beberapa kapal selam konvensional terkini dan canggih yang saat ini beroperasi di seluruh Asia Tenggara dan Indo-Pasifik yang lebih luas,” kata Collin Koh, spesialis urusan angkatan laut di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura.
Kapal selam baru Singapura lebih senyap
Namun, sekadar memiliki kapal selam yang lebih canggih tidak berarti kapal itu dapat menyamai kemampuan angkatan laut regional lainnya, lanjut Collin Koh.
Ia mencontohkan bahwa kelas Invincible hanya dipersenjatai dengan torpedo kelas berat, sementara kapal selam Kilo rancangan Rusia milik Vietnam dapat membawa rudal jelajah serang darat.
Dua kapal kelas Invincible lainnya untuk Singapura, Illustrious dan Inimitable, telah diluncurkan tetapi belum diresmikan. Kelas Invincible dilengkapi dengan “propulsi independen udara” yang menggunakan sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik.
Dengan hanya sedikit bagian mesin yang bergerak, sistem ini sangat senyap. Ini jelas keuntungan tersendiri bagi sistem senjata bawah air. Sistem ini juga memungkinkan kapal selam tetap berada di bawah air selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, dan dapat menempuh jarak ribuan kilometer.
Geopolitik panas, negara ramai-ramai perbarui alutsista
Bukan hanya Singapura, berbagai negara di dunia juga rama-ramai memperbarui alat utama sistem persenjataan mereka.
Sejumlah kapal selam bertenaga nuklir, seperti milik Cina, Rusia, dan Amerika Serikat, lebih senyap, dengan kecepatan maksimum yang jauh lebih tinggi dan jangkauan yang lebih jauh, tetapi harganya juga lebih mahal.
Angkatan Laut Cina juga memodernisasi kapal selamnya, dan hampir menyelesaikan proyek rudal balistik Tipe 096. Kapal selam rudal balistik semacam itu punya keunggulan strategis yang memungkinkan negara pemiliknya menyembunyikan sebagian persenjataan nuklir mereka.
Indonesia juga telah memesan dua kapal selam canggih kelas Scorpene dari perusahaan kapal milik Prancis, Naval Group. Malaysia telah mengoperasikan dua versi lama kelas Scorpene.
Konflik di kawasan ini kembali memanas setelah Beijing makin gencar mengklaim hampir seluruh wilayah di Laut Cina Selatan, mengesampingkan klaim sejumlah negara Asia Tenggara atas wilayah ini, dan putusan internasional bahwa klaim Cina tidak punya dasar hukum.
Sistem rudal AS menetap di Filipina?
Sementara Kepala Militer Filipina, Jenderal Romeo Brawner, pada hari Rabu (25/09) mendukung penempatan sistem rudal AS di negaranya secara permanen. Angkatan Darat AS mengatakan pada bulan April bahwa mereka telah menempatkan sistem rudal jarak menengah Typhon di Filipina utara untuk latihan militer gabungan tahunan.
Namun sistem rudal itu tetap ada di sana beberapa bulan setelah latihan perang. Kedua negara terikat oleh pakta pertahanan bersama.
“Jika diberi pilihan, saya ingin Typhon berada di Filipina selamanya karena kami membutuhkannya untuk pertahanan,” kata Brawner kepada wartawan di sela-sela pameran pertahanan di Manila.
Kehadiran sistem rudal AS di tanah Filipina telah membuat Beijing meradang. Menteri Pertahanan Cina Dong Jun memperingatkan pada bulan Juni bahwa penempatan Typhon “sangat merusak keamanan dan stabilitas regional.”
Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro, yang berbicara kepada wartawan di acara yang sama dengan Brawner, tidak membenarkan atau membantah bahwa sistem Typhon akan tetap berada di Filipina. Teodoro mendesak Beijing untuk berhenti mencampuri urusan Filipina.