Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong pemanfaatan geothermal atau panas bumi dan tenaga surya untuk menekan emisi karbon. Dua sumber energi itu dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan lainnya.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro mengatakan pemanfaatkan sumber energi ramah lingkungan tersebut tidak terlepas dari besaran potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Secara angka, dia menyebutkan sebanyak 40% energi panas bumi ada di Indonesia.
“Jadi kalau kita sudah mengidentifikasi di renewable energi itu kita paling kuat di geothermal karena 40% panas bumi itu ada di Indonesia,” kata Sigit di acara detikPagi bertajuk ‘Teknologi Rendah Emisi untuk Menciptakan Langit Biru dari Sektor Industri’, Senin (5/8/2024).
Secara angka, Indonesia memiliki potensi sebesar 24 Gigawatt (GW) panas bumi. Sayangnya, dari angka tersebut baru sekitar 10% atau 2,4 GW saja yang dimanfaatkan. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan potensi tersebut masih sangat besar.
Dikutip dari CNBC Indonesia, kapasitas pembangkit listrik terpasang Indonesia hingga Desember 2023 mencapai 72.976 MW. Artinya, kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) saat ini hanya sekitar 3%. Apabila utilisasi PLTP Indonesia dapat dimaksimalkan hingga mencapai 100%, pemanfaatan sumber energi geothermal dapat mencapai 32% dari total kapasitas pembangkit listrik saat ini.
Oleh karena itu, Sigit mengatakan pihaknya mendorong pemanfaatan panas bumi untuk menekan angka emisi karbon di Indonesia. Hal itu sejalan dengan target Pemerintah Indonesia untuk menciptakan Nett Zero Emission (NZE) di 2060 mendatang.
“Geotermal terbesar di dunia itu ada di Indonesia. Ini kita akan eksplorasi dan ini juga ada satu yang dimiliki di Kamojang, itu sudah 70 tahun umurnya dan itu masih reliable, masih bisa berproduksi dengan baik,” jelasnya.
Selain panas bumi, dia mengatakan pihaknya juga mendorong untuk memanfaatkan tenaga surya. BRIN mencatat di Pulau Sumatera potensi energi surya bisa mencapai 48.000 terawatt hours (TWh) per tahun, Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil punya potensi 11.500 TWh, Kalimantan memiliki potensi energi surya 29.400 TWh, Sulawesi ada 50.200 TWh, dan Maluku serta Papua yang memiliki potensi energi surya sebanyak 51.200 TWh.
“Kemudian dalam perjalanannya kita juga mengembangkan PLTS, teman-teman di Cirata PLN itu terbesar nomor 1 di Asean nomor 3 di dunia. itu potensinya juga kita gali,” tutupnya.
Sebagai informasi tambahan, KLHK turut mengadakan Festival LIKE 2 yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pihak lainnya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Acara tersebut nantinya bakal membahas sejumlah isu lingkungan. Selain itu, acara tersebut juga bakal diisi oleh penampilan musisi terkenal Tanah Air.
Festival LIKE 2 disponsori oleh PT Pertamina (Persero), PT Bayan Resources Tbk, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), PLN, Adaro, PT Vale Indonesia, APP Group, Merdeka Copper Gold, Astra, Le Minerale, Berau Coal Energy, Borneo Indobara, PT BUMI ResourceS Tbk, Sucofindo, PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Harita Nickel, APRIL, Huayou Indonesia, PT Freeport Indonesia, MIND ID, Eramet, Bio Farma, Star Energy Geothermal, Unilever, Sido Muncul, PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Gunung Raja Paksi Tbk, PT Indexim Coalindo, PT Indo Muro Kencana, PT Bukit Asam Tbk, Musim Mas, PT Inalum, PT Antam, dan PT Solusi Bangun Indonesia (Tbk). Serta didukung oleh ExxonMobil Cepu Limited, PT Timah Tbk, PT Wiralab Analitika Solusindo, PT MNC ENERGY INVESTMENTS, dan PT Rizqi Semesta.