Gubernur Olly Dondokambey Ajak Investor Korsel Berinvestasi di Sulut

Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey mengajak para investor di Korea Selatan untuk berinvestasi di Sulawesi Utara (Sulut). Hal itu dia sampaikan sat menerima penganugerahan gelar akademik Honorary Chair Professor di Jei University, Jaeneung Culture Center (JCC) di Seoul, Korea Selatan, Kamis (25/7).

Sulawesi Utara, kata dia, menawarkan peluang investasi yang signifikan. Pemerintah provinsi telah menerapkan kebijakan dan insentif yang ramah investor.

“Wilayah kami semakin menarik bagi investasi domestik dan asing,” kata dia.

Hal itu dia sampaikan di hadapan Ketua Grup Jaeneung Educational Institute (JEI), Park Sung Hoon, dan Direktur Jaeneung Culture Center (JCC) Ahn Soon Mo, Presiden Jei University Lee Nam Sik, Kuasa Usaha Ad Interim RI di Seoul Zelda Wulan Kartika, dan perwakilan Kedutaan Besar Indonesia di Seoul.

Olly menuturkan, pada tahun 2023, investasi asing mencapai Rp 3,01 triliun dengan investasi domestik mencapai Rp 7,69 triliun.

“Pada kuartal pertama tahun 2024 saja, kami mencatat investasi signifikan dengan total Rp 1,8 triliun,” ujar dia.

Investor utama, termasuk Singapura, Cina, Malaysia, dan Luksemburg, menurutnya telah menunjukkan kepercayaan global pada potensi ekonomi Sulut. Sektor investasi terbesar termasuk pertambangan, transportasi, pergudangan, telekomunikasi, dan industri makanan. Investasi ini telah menciptakan peluang kerja yang substansial.

Olly mengatakan, nilai ekspor Sulut pada 2023 mencapai US$ 509 juta untuk lemak dan minyak hewani dan nabati, US$ 85 juta untuk ikan dan krustasea, dan US$ 70 juta untuk daging olahan dan makanan laut. Menurut dia, hal itu menyoroti kekayaan sumber daya alam Sulut dan kemampuan wilayah ini untuk memenuhi permintaan pasar internasional.

“Komoditas ekspor utama kami ke Korea Selatan termasuk kopra, minyak kelapa sawit, ikan kering, dan asam lemak kelapa sawit. Secara khusus, neraca perdagangan kami konsisten mengalami surplus sejak tahun 2020,” ujar dia.

Gubernur Olly juga mengatakan salah satu prioritas di Sulut adalah pembangunan infrastruktur. Sulut memiliki dua Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu KEK Bitung yang berfokus pada industri perikanan dan turunan kelapa, serta KEK Likupang yang ditujukan untuk pariwisata resor dan budaya.

Selain itu, jalan tol Manado-Bitung dan peningkatan Bandara Internasional Sam Ratulangi diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan konektivitas dan mendukung kegiatan ekonomi.

“Infrastruktur logistik di Sulawesi Utara kuat dan terus membaik,” ucap dia.

Pelabuhan Internasional Bitung telah dipilih sebagai Pelabuhan Hub Internasional di Indonesia Timur yang mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan meningkatkan kegiatan industri di wilayah tersebut. Selain itu, Pelabuhan Bitung menawarkan layanan pengiriman langsung ke Asia Timur yang meningkatkan konektivitas dan mengurangi waktu transit.

“Kami juga memiliki penerbangan langsung ke bandara utama seperti Narita, Changi, dan Guangzhou, yang semakin memperkuat jaringan logistik kami,” kata dia.

Jeju Air, lanjut dia, meluncurkan penerbangan charter pertama dari Incheon ke Manado pada tahun lalu.

“Tujuan kami adalah lebih banyak pesawat Korea dari Incheon, Busan, Jeju, dan kota-kota terkemuka lainnya dapat membawa orang Korea untuk mengunjungi Sulawesi Utara dan merasakan keajaiban berwarna-warni di provinsi kami,” katanya.

Misalnya saja, pariwisata yang merupakan penggerak ekonomi utama di Sulawesi Utara. Sulut dikenal dengan pantainya yang masih asli, kehidupan laut yang beragam, dan festival budaya yang meriah.

Taman Nasional Laut Bunaken menawarkan spot menyelam kelas dunia sementara Gunung Lokon dan pulau Siladen serta Lihaga menyediakan peluang untuk pariwisata petualangan. Kawasan Ekonomi Khusus Likupang yang merupakan bagian dari inisiatif ’10 Bali Baru’ Indonesia, adalah area prioritas utama untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Menurut Olly, budaya di Sulut kaya dan beragam, dipengaruhi oleh berbagai kelompok etnis seperti Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Sangihe-Talaud. Tari-tarian tradisional, musik, dan festival mencerminkan nilai-nilai tentang solidaritas dan harmoni sosial yang dituntun oleh prinsip ‘Si Tou Timou Tumou Tou’ , yang berarti manusia baru disebut manusia jika dapat memanusiakan manusia lain.

Sulut, kata dia, tidak hanya merupakan gerbang ke Asia-Pasifik, tetapi juga tanah dengan peluang besar dan warisan budaya yang kaya.

“Kami mengundang investor dari Korea Selatan untuk menjelajahi dan berpartisipasi dalam perjalanan kami menuju pertumbuhan berkelanjutan dan kemakmuran bersama, dan kami juga menyambut dengan hangat sesama pendidik yang berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” tuturnya.

Dia menilai investasi dalam sumber daya manusia sangat penting dalam mempererat hubungan antara kedua negara. Salah satunya melalui penandatanganan kerja sama antara Universitas Sam Ratulangi dengan Universitas Jei.

“Pertukaran mahasiswa dan dosen, kolaborasi dalam kurikulum yang berfokus pada visi bersama dalam mempromosikan seni, budaya, dan ekonomi kreatif menandai babak baru untuk kolaborasi antar universitas,” terang Olly.

Menurut Olly, sangat penting untuk mengejar kolaborasi yang saling menguntungkan (Win-Win Collaboration) untuk membantu mahasiswa Indonesia masuk ke Universitas dengan Fakultas yang mereka inginkan. Akan menjadi nilai tambah ekstra jika beasiswa untuk pemuda dan pemudi dari Sulut termasuk Universitas Sam Ratulangi disediakan oleh Universitas Jei.

Kolaborasi lain yang mungkin dilakukan adalah pembukaan pabrik di Provinsi Sulawesi Utara. Hingga saat ini, Sulut telah melihat investasi besar dari Korea di bagian barat Indonesia seperti pembukaan Hyundai Motor Manufacturing di Cikarang, Korea Exchange Bank (KEB) Hana dan Kookmin Bank (KB) Bank Bukopin yang dibuka di mal.

“Kita berharap ke depan, kolaborasi Indonesia dan Korsel akan semakin progresif merambah wilayah Timur Indonesia termasuk Sulut,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *