PDIP menggelar peringatan peristiwa Kerusuhan Dua Tujuh Juli (Kudatuli) atau penyerangan terhadap markas partai pada masa orde baru. PDIP menyampaikan peristiwa itu tanda partainya tidak bisa diperlakukan sembarangan.
Perihal itu disampaikan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDIP Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2024). Hasto mulanya mengatakan momentum ini sekalian mengeluarkan semangat jelang Pilkada 2024.
“Peristiwa Kudatuli ini justru mengeluarkan semangat kita di dalam menghadapi agenda partai yang akan datang untuk melaksanakan Pilkada serentak,” kata Hasto dalam sambutannya di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat.
Hasto menyebut peristiwa kudatuli juga mengajarkan kader untuk pemimpin yang lahir dari bawah. Dia menjelaskan pemimpin yang lahir dari bawah dapat berjuang untuk masa depan sekaligus menyelesaikan persoalan rakyat.
Dalam momentum ini, Hasto turut menyampaikan pesan dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Dia mengungkap pesan Megawati bahwa PDIP merupakan partai yang sah dan memiliki kedudukan yang sama di mata hukum karena itu tidak bisa diperlakukan sembarangan.
“Ibu Megawati Soekarno Putri berpesan kepada kita semua bahwa kita adalah partai yang sah dan kita juga warga negara yang sah, yang memiliki kedudukan yang sama di mata hukum. Karena itulah kita, kita dan kita, tidak bisa diperlakukan sembarangan, seakan-akan kita bukan warga negara Indonesia, seakan-akan kita bukan pemilik republik ini,” ungkap Hasto.
Dia juga menegaskan agar seluruh kader bisa terus menjaga semangat setelah peringatan peristiwa Kudatuli ke-26 tahun kali ini. Dia sekaligus menyebut kekuasaan itu merupakan lahir dari kekuatan rakyat.
“Untuk itu saudara-saudara sekalian marilah dengan memperingati kudatuli ini kita terus turun ke bawah kita terus gelorakan semangat perjuangan ini sekaligus mengingatkan kalau yang namanya watak kekuasaan pada dasarnya kekuasaan itu muncul bukan melekat pada diri si aktor,” tegas Hasto.
“Kekuasaan itu pada dasarnya muncul dari suatu kekuatan kolektif rakyat, kekuatan ide dari rakyat yang mendambakan kemerdekaan yang sejati, yang mendambakan hak perserikatan dan berkumpul yang mendambakan hak bersuara sehingga suara-suara kebebasan,” pungkasnya.
Dalam peringatan peristiwa Kudatuli kali ini, PDIP melakukan serangkaian acara. Mulai dari pembacaan puisi milik Wiji Thukul yang dibacakan oleh sastrawan Amien Kamil, lantunan lagu dari Fajar Merah selaku putra Wiji Thukul dan juga penaburan bunga di seluruh gedung DPP PDIP.