Setiap tanggal 17 Juli diperingati Hari Integrasi Timor Timur. Ini merupakan salah satu peringatan hari penting di Indonesia. Dalam rangka memperingati sebuah upaya mempertahankan Timor Timur yang pernah menjadi bagian dari Indonesia
Berikut rangkuman sejarahnya yang dihimpun detikcom dari laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud):
Sejarah Hari Integrasi Timor Timur
Hari Integrasi Timor Timur adalah peringatan yang merujuk pada proses integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Juli 1976. Saat itu, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia.
Sebagaimana pernah ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 1976 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur Dan Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Di Timor Timur. Namun kini sudah tidak berlaku lagi.
Pada tanggal 30 Agustus 1999, dalam sebuah referendum yang dilakukan bersama pemerintah Republik Indonesia kala itu, mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk menjadi sebuah negara tersendiri. Pada tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur menjadi negara merdeka Timor Leste.
Sejarah Kemerdekaan Timor Timur
Sebelumnya, Timor Leste pernah menjadi wilayah jajahan bangsa Portugis. Dimulai pada tahun 1520, Portugis menjajah Timor Leste yang saat itu dinamai Timor Portugues, disusul oleh Jepang dan Belanda yang berusaha menguasai wilayah Timor Leste.
Belanda dan Portugal akhirnya membuat Perjanjian Lisbon 20 April 1859, yang mengatur batas-batas wilayah koloni Belanda dan Portugal. Lalu pada tahun 1974, rezim Estado Novo Portugal tumbang dan berujung pada pendirian partai politik Fretilin.
Pada tanggal 30 November 1975, Timor Leste merdeka dari jajahan Portugis. Namun hanya selang dua hari, tiga partai politik pesaing Fretilin yang pro-integrasi Indonesia mendeklarasikan integrasi ke Indonesia. Peristiwa ini dikenal sebagai Deklarasi Balibo.
Deklarasi ini menjadi sebuah legitimasi Pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto yang saat itu menentang keras gerakan komunisme untuk menginvasi Timor Leste di bawah rezim Fretilin yang berhaluan kiri. Operasi ini disebut sebagai Operasi Seroja.
Operasi militer penaklukan Timor Leste pun mendapatkan kecaman dari dunia internasional atas kekerasan yang dilakukan oleh tentara Indonesia. Selanjutnya, di bawah kepemimpinan B.J. Habibie, diadakan referendum untuk menentukan nasib Timor Timur.