Gelaran 27th ASEAN Senior Official on Forestry (ASOF) masih berlangsung. Di hari kedua (16/7), para delegasi negara anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja dan Timor Leste) membahas terkait pengembangan hasil hutan di Kawasan Asia Tenggara hingga pelembagaan skema sertifikasi kehutanan untuk meningkatkan perdagangan ASEAN.
“Secara umum hasil meeting membahas terkait pengembangan forest product di ASEAN dan juga membahas terkait dengan inisiatif-inisiatif pengembangan forest product, termasuk timber certification,” ujar Ketua 27th ASEAN Working Group on Forest Products Development (AWG-FPD) Wening Sri Wulandari, Selasa (16/7/2024).
Wening menambahkan, diskusi kali ini juga membahas berbagai update terkait pengembangan hasil hutan non-kayu dan pengembangan tanaman herbal dan obat.
“(Kami juga membahas) inisiasi untuk pengembangan kolaborasi hasil hutan non-kayu maupun hasil hutan ke depan,” paparnya.
Sementara itu Senior Officer ASEAN Secretariat Dian Sukmajaya menyampaikan diskusi terbuka kali ini juga menghasilkan beberapa keputusan. Hal ini termasuk kerja sama negara ASEAN dalam pengembangan hasil hutan periode 2021-2025, yang mencakup fasilitas, akses pasar, dan peningkatan daya saing produk hutan ASEAN.
“Jadi ada beberapa guidance dari negara ASEAN untuk melanjutkan kolaborasi, meningkatkan penegakan hukum dan tata kelola kehutanan serta perdagangan. (Saat ini), ada beberapa regional policy yang sudah di-adopt oleh ASEAN untuk sustainable forest management, kemudian untuk legality of timber,” paparnya.
Dian menambahkan, para delegasi ASEAN juga sepakat untuk saling berbagi informasi dan bertukar pengetahuan terkait legalitas kayu.
“Kalau Indonesia melalui SVLK, dari Malaysia ada Malaysian Timber Legality Assurance System, Laos juga ada similar sistem yang dikembangkan masing-masing sesuai dengan ASEAN Criteria and Indicator for the Legality of Timber,” bebernya.
Lebih lanjut, Dian mengungkapkan diskusi ini juga menghasilkan berapa output lainnya, termasuk publikasi ASEAN Herbal & Medicinal Plants Vol 3. Adapun hal ini menjadi salah satu kolaborasi di mana masing-masing negara ASEAN berbagai pengetahuan terkait tanaman herbal dan obat yang bisa dikembangkan.
“Dan non-timber forest product sustainability juga jadi salah satu isu yang diangkat,” ungkapnya.
“Selanjutnya, (kami juga membahas) promoting market akses untuk non-timber forest product misalnya madu hutan, bambu, gaharu. Ini menjadi challenge yang dihadapi, yaitu sustainability untuk harvesting non timber forest product,” tutupnya.
Sebagai informasi, tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan 27th ASEAN Senior Official on Forestry (ASOF). Digelar selama lima hari, dari 15-19 Juli di Bogor, Jawa Barat, agenda ini bertujuan untuk mendorong pengelolaan hutan di Kawasan Asia Tenggara.