Jakarta –
Sosok Iptu Jeane cukup dikenal oleh masyarakat di Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak Maret 2022, Iptu Jeane menjabat sebagai Kapolsek Alor Barat Daya.
Polisi wanita (polwan) itu berupaya keras menurunkan angka stunting di wilayah tempatnya bertugas. Hal itu yang membuatnya diusulkan sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2024 oleh salah satu warga Alor Barat Daya, Delila Bain.
detikcom kemudian menghubungi Delila untuk menggali lebih dalam terkait apa yang dilakukan Iptu Jeane. Sejak April 2022, Iptu Jean berperan aktif dalam membantu menurunkan angka stunting di Alor Barat Daya.
Iptu Jean disebut aktif memberi makanan bergizi seimbang seperti lauk-pauk, sayur, bubur kacang hijau, dan lain-lain. Hal itu kondisten dilakukannya hingga November 2023, saat dirinya dipindah tugaskan.
“Sekarang (Iptu Jeane) sudah pundah, iya (programnya terus berjalan sampai Iptu Jeane pindah). Dia terus memperhatikan anak-anak stunting,” kata Delila saat dihubungi, Kamis (25/4/2024).
Selain memberikan makanan kepada anak-anak tersebut, Iptu Jeane juga mengajak mereka membaca sambil bermain. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kemampuan literasi anak.
Iptu Jeane menyediakan semacam ruang anak untuk bermain dan belajar di Polsek Alor Barat Daya. Delila merasa sangat terbantu dengan apa yang dilakukan Iptu Jeane.
“Programnya sangat bermanfaat, terasa manfaatnya. Iya (saya sendiri merasakannya),” jelasnya.
Anak Delila sendiri juga merupakan penerima manfaat program yang diadakan Iptu Jean. Namun saat ini, program tersebut tidak berlanjut semenjak Iptu Jeane berpindah tugas.
Delila sangat berharap agar program penurunan stunting tersebut bisa terus berjalan. Sebab, puluhan anak di Alor Barat Daya telah merasakan manfaatnya dengan menurunnya angka stunting.
“Iya sangat berharap, tapi tergantung dari Kapolsek yang baru menjabat. Katanya nanti dikasih informasi, tapi sampai sekarang tidak ada informasi,” imbuhnya.
Iptu Jeane Sakalla (Foto: dok. istimewa)
|
Ajak Masyarakat Tanam Kelor Merah
Kesaksian lainnya datang dari Zadrak Federik, yang juga warga NTT. Iptu Jeane juga disebut mengajak masyarakat untuk menanam kelor merah. Zadrak mengatakan hal itu juga sebagai upaya memperbaiki gizi anak-anak di sana.
“Kegiatan dia juga sangat membantu terkait kegiatan penanaman kelor untuk gizi anak. Itu juga menunjang gizi anak untuk penanganan stunting,” jelasnya.
Selain dana swadaya dari masyarakat, Zadrak menyebut Iptu Jeane turut membiayai kegiatan itu. Kelor merah tersebut juga bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Kelor merah itu yang sekarang lagi dicanangkan, ditanam sekitar 3-4 hektare itu khusus di Alor Barat Daya itu yang punya. Benar sekali (untuk meningkatkan perekonomian masyarakat), selain untuk penanganan stunting,” imbuhnya.
34 Anak Penuhi Target Gizi
Dihubungi terpisah, Iptu Jeane mengatakan saat ini dia bertugas di Ditbinmas Polda NTT sebagai Kaurmin Ops. Dia bertugas di sana sejak November 2023, selepas menjadi Kapolsek Alor Barat Daya.
Hingga akhir masa jabatannya, program menurunkan angka stunting tersebut terus dijalankannya. Secara rutin setiap pukul 07.00 WIB, anak-anak diberi makanan bergizi seimbang di Polsek Alor Barat Daya.
“November itu masih berjalan, sampai saya serah terima juga masih (berjalan),” ucapnya.
Iptu Jeane berkerja sama dengan Puskesmas setempat dalam menerapkan programnya itu. Puskesmas bertugas memantau kondisi gizi daripada anak-anak.
Mulanya, ada 14 anak yang berhasil ditingkatkan target gizinya. Hinga terakhir dia menjabat, ada 34 anak yang akhirnya memenuhi target gizi.
“Itu awalnya 14 anak, kemudian saya tambah lagi 20, kemudian 36 anak terakhir. Terus yang memenuhi target gizi ada 34, kalau 2 itu belum karena ada penyakit bawaan. Jadi waktu itu masih dalam penanganan dokter,” imbuhnya.
Iptu Jeane bersama anggotanya menyisihkan sebagian gajinya untuk mensukseskan program tersebut. Termasuk untuk membangun pojok membaca untuk anak-anak belajar dan bermain.
Meski tak lagi bertugas di Alor Barat Daya, Iptu Jeane masih menjalin komunikasi dengan warga setempat. Dia kerap menanyakan kondisi anak-anak di sana.
“Saya monitor dari jauh, saya tanya-tanya orang tua anak-anak stunting itu kadang saya hubungi, saya tanya keadaan mereka gitu, tanya kabar anak-anak,” terangnya.
Iptu Jeane Sakalla (Foto: dok. istimewa)
|
Ajak Masyarakat Bikin Kelompok Tani
Menurutnya, penyebab stunting di Alor Barat Daya adalah pengetahuan masyarakat yang minim tentang makanan bergizi. Padahal, lanjutnya, sumber daya alam di sana cukup untuk masyarakat.
“Saya bilang pas kasih makan itu, kita manfaatkan alam yang ada di sekitar kita. Misalnya telur jangan dijual terus ditukar mi, tapi untuk diberikan ke anak-anak. Atau diberi daun kelor, saya kasih tahu mereka, daun kelor itu satu gelas airnya kandungan gizinya sama dengan 9 gelas susu. Saya sering memotivasi mereka begitu,” imbuhnya.
Dari sana, dia mengajak masyarakat untuk membentuk kelompok tani. Hal itu dilakukan untuk menanam bahan pangan yang memiliki gizi baik untuk anak-anak.
“Kalau sumber daya alam menurut saya sangat-sangat cukup. Makanya saya selain itu punya kelompok tani binaan. Jadi untuk tanam kelor, jagung. Sumber dayanya itu sangat cukup, saya menggalakkan untuk menanam kelor. Karena kelor itu kandungan gizinya luar biasa,” tuturnya.
Alasannya mengajak masyarakat menanam kelor karena perawatannya mudah dan cenderung tidak memerlukan biaya besar. Serta mudah menanam di NTT, dan tak perlu memiliki lahan yang luas untuk menanamnya.
“Saya ngajak tanam kelor karena bagi saya mudah sekali tumbuh di NTT. Kemudian kelor itu tidak butuh biaya perawatan, jadi hanya setek saja. Kalau setek itu kita bisa panen sampai 30 tahun, kalau anakan bisa 60 tahun. Kemudian harga kelor itu bagus, kalau yang mentah Rp 5 ribu per kilo. Kalau mereka tidak punya kebun, cukup jadikan kelor sebagai tanaman pagar saja,” ucapnya.
(rdh/hri)