Hasnan Sungkar tengah merintis karier di dunia sepakbola. Dia saat ini menjadi penggagas LIBRA (Liga Bola Rakyat) Solo Raya Premier League.
Ajang tersebut memperebutkan Piala Prabowo Mania dan saat ini masih bergulir. Liga sepakbola ini berhasil mempertemukan tim-tim amatir, komunitas, dan tim kabupaten/kota di pelosok Indonesia.
LIBRA bukan kali pertama di-handle oleh Hasnan. Sebelumnya, Hasnan pernah dipercaya ikut menggawangi Nusantara Open 2022 Piala Prabowo Subianto. Namun, event besar yang benar-benar dibidani oleh Hasnan, baru LIBRA Solo Raya Premier League.
“Banyak yang underestimate saya. Banyak omongan miring bahwa saya tidak bisa, saya akan gagal menyelenggarakan event ini. Tapi semua berubah 360 derajad, mereka yang caci maki saya, sekarang menjadi tim peserta, bahkan salah satu tim peserta yang paling antusias di LIBRA (Liga Bola Rakyat) Solo Raya Premier League Piala Prabowo Mania ini,” kata Hasnan dalam keterangan pers.
Saat opening ceremony LIBRA Solo Raya Premier League Piala Prabowo Mania di Stadion Universitas Sebelas Maret (UNS), tokoh-tokoh penting seperti Hashim Djojohadikusumo, Rocky Gerung, Immanuel Ebenezer, dan mantan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan hadir sebagai bentuk dukungan.
“Saya sempat bercerita tentang rencana menggelar event ini ke salah seorang keluarga saya. Beberapa bulan sebelum event ini dimulai. Akan tetapi saya mendapatkan respon yang buruk/negatif, dia melontarkan kata kata kasar dan caci makian. Saya sangat kecewa karena harus saya akui, saya orang yang sangat emosional,” imbuhnya.
Kendati sempat merasa hancur, namun Hasnan tidak pernah patah semangat. Sedih pasti, tapi baginya balas dendam terbaik adalah dengan karya. Hasnan bertekad bakal menghelat event ini dengan luar biasa.
“Sekarang, event ini berhasil digelar. Bahkan hasilnya jauh melebihi ekspektasi saya dan salah seorang keluarga saya yang sempat meragukan itu. Saya juga undang beliau hadir pada saat opening ceremony, untuk duduk di tribun VIP bersama tokoh tokoh besar nasional,” ujarnya.
Masalah belum selesai sampai di situ. Pandangan sebelah mata juga datang dari peserta tim liga. Hasan mengaku sempat kesulitan mencari peserta. Setelah ditelusuri, para peserta ini masih trauma dengan event serupa bertajuk Surakarta Premier League tahun lalu.
“Event itu ternyata sangat membekas di kalangan para peserta. Karena manajemen event-nya kurang memuaskan. Seluruh tim peserta di Solo dan sekitarnya, trauma dengan kompetisi itu. Jadi saya datang dengan bayang-bayang buruk seperti itu. Sulit sekali menumbuhkan dan memulihkan kembali kepercayaan mereka,” ucapnya.
“Sekarang sudah ada 32 tim komunitas ternama dari eks Karesidenan Surakarta. Meliputi Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, dan Kota Solo yang siap bertanding selama 3,5 bulan ke depan,” pungkasnya