Aksi Aipda Firman Bina Warga Selat Mataram Melalui Budi Daya Anggur

Bhabinkamtibmas Desa Selat, Polsek Narmada, Polres Mataram, Nusa Tenggara Barat, Aipda Firman Eka Jayadi, membina warga melalui budi daya buah anggur. Aipda Firman ingin warga miliki kegiatan positif sekaligus meningkatkan perekonomian.

Atas aksinya membantu warga itu, Aipda Firman diusulkan oleh Sabudi (45) untuk Hoegeng Awards 2024 melalui formulir digital. Sabudi menyebut Aipda Firman mampu mengajak warga untuk melakukan budi daya anggur, berikut testimoni Sabudi:

Karena Pak Bhabin atau Pak Firman mampu memberikan motivasi atau menjadi motivator ke warga binaannya untuk menanam anggur sebagai tambahan pendapatan kebutuhan sehari-hari di luar pekerjaan pokok warga binaannya.

Sabudi merupakan Kepala Desa Selat, yang menjadi wilayah binaan Aipda Firman. Sabudi menyebut Aipda Firman adalah sosok yang inspiratif.

“Dia memberikan inspirasi untuk masyarakat kita, mengisi halaman-halaman rumah untuk budi daya anggur. Pada saat ini kan setelah gempa banyak rumah ini kan, makanya dengan adanya para-para anggur ini tujuannya untuk membantu mengurangi panaslah, dan juga menambah nilai ekonomi dan indah,” kata Sabudi.

Sabudi mengatakan Aipda Firman memanfaatkan halaman rumahnya untuk membuat rambatan anggur yang biasanya disebut warga setempat dengan para-para. Warga setempat juga diajak untuk budi daya anggur hingga sudah ada di 14 titik. Sabudi menyebut pemerintah desa juga memberikan bantuan untuk mendukung program ini.

Kegiatan yang digagas oleh Aipda Firman ini juga disebut mendukung pemerintah desa untuk menjadikan Desa Selat menjadi kampung agrowisata. Budi daya anggur saat ini difokuskan di Dusun Merce Timur.

“Kita di sini ingin menciptakan agrowisata desa buah, jadi karena kami juga ingin menciptakan desa agrowisata, jadi desa juga ikut memberikan dukungan, diberikan bibit anggur,” jelasnya.

Subadi sebagai kepala desa bersyukur memiliki Bhabinkamtibmas seperti Aipda Firman. Komunikasi pihak desa dengan Bhabinkamtibmas juga berlangsung baik.

“Sosoknya bisa memberikan inspirasilah, memberikan inspirasi untuk bagaimana… walaupun jadi polisi tapi bisa berbuat bukan sebagai pengamanan saja, tapi juga sebagai petani memberikan inspirasi, inovasi bagaimana memanfaatkan perkarangan bisa menghasilkan keindahan dan ada manfaat ekonomisnya,” tutur dia.

Awal Mula Aipda Firman Menanam Anggur

Terpisah, Aipda Firman menceritakan awal mula dia terinspirasi melakukan budi daya menanam anggur. Pada itu tahun 2020, saat memulai aktivitas itu, Firman mengaku sama sekali tidak mengetahui tentang anggur. Namun dia terus belajar secara autodidak melalui media sosial.

“Awalnya dulu kami menanam sebagai aktivitas waktu COVID-19 itu, kami lihat potensi ke depannya luar biasa makanya kami kembangkan, apa itu ke kami sendiri sama warga sekitar, warga desa bianaan. Direspons sekali sama pemerintah desa akhirnya kami didukung sama pemerintah desa untuk memberikan sejenis pengembangan, jadi dari rumah kami ke rumah-rumah warga,” kata Firman.

Melalui media sosial Aipda Firman mempelajari cara menanam, merawat hingga membuat rambatan atau para-para anggur. Dia juga belajar di komunitas petani anggur yang ada di Lombok. Jenis yang anggur yang ditanam pun beragam, seperti anggur hijau, anggur merah, anggur pink hingga anggur hitam.

“Kami masuk komunitas anggur, Balai Anggur Lombok namanya yang ada di Lombok, tapi kita sama-sama minim pengetahuan tentang anggur, dan dari situlah kami berbagai pengalaman,” tutur dia.

Pada awalnya, Firman memanfaatkan halaman belakang rumahnya. Dia kemudian membuat para-para, bibit anggur pun dia tanam. Total biaya yang dikeluarkan Firman dari kantong pribadinya pada saat memulai budi daya anggur ini sekitar Rp 5 juta. Dia menanam anggur di atas lahan seluas 400 m2.

“Kami bertahap, karena kami minim pengetahuan tentang anggur tapi tidak berani terlalu jor-joran. Saya beli dulu waktu itu masih mahal bibitnya, sekitar Rp 250 satu bibit, empat bibit Rp 1 jutaan. Terus saya bangun para-para tempat anggurnya itu pakai besi kanal itu, hampir Rp 5 jutaan modal awal,” jelasnya.

Firman menyebut selama setahun, dia bisa panen sebanyak 3 kali. Buah anggur itu ada yang diberikan kepada tetangga, kepada warga yang berkunjung hingga dijual.

Setelah budi daya anggurnya itu berhasil, Firman kemudian mengajak warga untuk mengikuti langkahnya. Hingga saat ini, ada 14 titik budi daya anggur di wilayah binaannya itu. Untuk pengelolaan, Firman pun membuat komunitas bersama warga.

“Kalau sekarang kami punya komunitas di desa, istilah warga yang kami bina kemarin, nanti hasilnya kami kumpulkan jadi satu, nanti mana kala sekitarnya warga yang lagi membutuhkan tempat dari situ kita danai lagi,” sebutnya.

Biasanya, setiap panen, hasil penjualan bisa mencapai lebih dari Rp 5 juta. Firman menyebut, semua hasil penjualan anggur akan digunakan untuk biaya pembibitan, operasional hingga dimasukkan ke kas komunitas.

Apabila ada anggota yang membutuhkan, maka mereka bisa mengajukan ke komunitas untuk penggunaan hasil penjualan anggur. Selain budi daya anggur, komunitas ini juga melayani jasa penanaman, pembuatan para-para anggur hingga penjualan bibit.

“Untuk sementara kita masih kumpulkan di kelompok, tapi kalau memang dia mendesak misalnya tidak ada bekal untuk anak sekolah, dia bisa jual, kita persilakan, yang penting ada bahasan di komunitas ‘kemarin saya pakai uang ini untuk ini’,” tutur dia.

Dengan budi daya anggur ini, Firman merasa lebih mudah dekat dengan masyarakat. Firman sendiri telah menjadi Bhabinkamtibmas di Desa Selat sejak 7 tahun yang lalu. Dia juga ingin masyarakat setempat melakukan kegiatan yang bermanfaat.

“Jujur karena dengan anggur ini cepat sekali dekat dengan warga, karena paling tidak setelah kita melihat aktivitas atau melihat yang hijau-hijau, apalagi anggur ini menarik, jadi untuk berbuat yang tidak-tidak warga jadinya urung dia, karena ada menanam anggur itu lebih asyik karena ada penghasilan,” sebut dia.

Pada saat ini, Firman menyebut komunitas budi daya anggur ini mendapatkan bantuan dari lembaga pengelola zakat dari Denpasar, Bali. Sehingga, kata dia, biaya perawatan dan pupuk untuk budi daya ini bisa tertangani.

Selain itu, budi daya anggur ini juga menjadi eduwisata bagi para mahasiswa dan pelajar. Firman menyebut pihak Universitas Mataram hingga SMA telah melakukan studi banding ke lokasi.

“Kami juga sering mendapat kunjungan, dari Universitas Mataram, sharing, dari desa lain yang ada di Mataram sering berkunjung ke kami untuk istilahnya ingin kayak kami yang di Desa Selat ini untuk menata lingkungan,” ucap dia.

“Ada, SMA 6 Mataram kemarin juga kami bantu, dari guru-gurunya juga kemarin juga studi banding ke rumah, kami kemarin memberikan penanaman di SMA 6,” lanjutnya.

Ke depannya, Firman menyebut pihaknya juga akan bekerja sama dengan sekolah-sekolah dasar di Mataram dalam program belajar di lapangan. Setiap SD akan membawa siswanya untuk belajar di kebun anggur yang ada di Dusun Merce Timur itu.

“Ibu gurunya (SD) kemarin nemuin kami rencananya mau bikin sekolah yang belajar di luar itu. Cuma saya bilang ayo kalau mau ini, makanya kita omongin, insyaallah ke depannya kita buat seperti itu,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Firman mengaku membuat budi daya ini agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang merugikan. Salah satunya, kata dia, mencegah remaja dan pemuda untuk melakukan tindakan kriminal karena dia memiliki kegiatan yang positif mengurus budi daya anggur ini.

“Ketika anak-anak muda ini yang miras di tempat umum kan kalau kita terlalu memaksa kita dilawan juga, makanya inisiatif kami, kami ajak pemuda-pemuda ini ‘mari, kalian itu kalau mau ke rumah, kita sama-sama menanam anggur, oh ini lho hasilnya, kalian itu walau disebut pengangguran tapi hasilnya luar biasa’,” ucap Firman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *