Taufik Hidayat kini lebih leluasa membimbing Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie menuju Olimpiade Paris 2024. Ia bisa bertemu lebih intensif.
Sejak diumumkan sebagai anggota tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024 oleh PBSI 8 Januari lalu, Taufik memang belum sempat berjumpa langsung dengan Ginting dan Jonatan. Legenda tunggal putra Indonesia itu harus menyelesaikan lebih dulu urusan pribadinya di luar Jakarta.
“Kebetulan kemarin memang dari awal saya akan masuk, belum bisa maksimal di sini, karena saya ada kegiatan yang bukan di Jakarta, tapi luar kota,” kata Taufik saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, pada Selasa (27/2/2024).
“Sekarang sudah selesai, jadi ya siap untuk turun lah. Mudah-mudahan tinggal berapa bulan ini bisa maksimal juga,” lanjutnya.
Sayangnya, Jonatan dan Ginting malah dijadwalkan pergi lebih awal ke Prancis untuk proses adaptasi, sebelum tampil di French Open dan All England pada Rabu (28/2). Taufik tak mau terlalu ambil pusing dengan isu ini.
“Berangkat nanti bisa pulangkan? Enggak ada yang telat. Toh, mereka bukan anak kecil juga, mereka sudah paham apalagi ini bukan Olimpiade pertama untuk Jonatan dan Ginting,” ujarnya.
“Sebelumnya mereka pernah ikut, apalagi Ginting sudah pernah dapat medali juga, mudah-mudahan dia tahu cara menjaga sampai di Olimpiade nanti,” imbuh Taufik.
Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu akan terus memantau progres anak-anak asuhnya itu dari hasil pertandingan yang ikuti.
“Memantau ada di grup juga, maksudnya memantau dengan pertandingan mereka kemarin, kan kita sudah nonton juga. Pun pas waktunya mau kami sampaikan juga,” ujarnya.
Ke depan Taufik bakal lebih banyak berbagi pengalaman ke Ginting dan Jonatan. Ia berharap masukan-masukannya bisa membantu menyiapkan mental kedua atlet menatap ajang olahraga terbesar di dunia tersebut.
“Mungkin lebih memotivasi ya, kalau teknis ada pelatih. Kalau melatih kan ada pelatih, nanti malah menyalahi aturan. Jadi lebih ke mental, mungkin ke pengalaman-pengalaman di olimpiade sampai jadi juara, dan proses pertandingan sampai kualifikasi, kualifikasi sampai pra, dan di olimpiade seperti apa,” Taufik menjelaskan.
“Maksudnya yang bagus diambil monggo, yang jelek dan merasa lebih bagus ya silakan. Toh, saya sharing enggak mau yang membebani. Jangan sampai sharing di depan iya, tapi hati tak masuk, percuma. Lebih baik menolak dan tak bagus seperti itu. Karena kalau tak terbuka ya susah juga, mau ada psikolog atau apa, kendalanya balik lagi di atletnya mau atau enggak?”
“Ya, nanti kita buka dan akan berjalan seperti biasa seperti ngobrol biasa. Enggak mesti atletnya bertanya atau saya bertanya. Ayo kita sama-sama. Tujuannya kan sama-sama mau menjadi juara. Apa yang kurang dan apa yang dilakukan. Kami juga tak mau menggurui mereka juga,” ujarnya.