Pemerintah Inggris ikut menentang rencana Israel untuk melancarkan serangan darat ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan. Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris David Cameron mengatakan bahwa Israel harus berhenti dan berpikir serius sebelum mengambil tindakan lebih lanjut di Rafah.
Cameron menyampaikan hal ini pada hari Senin (12/2) waktu setempat, setelah serangan udara Israel di kota yang menjadi tempat perlindungan terakhir bagi sekitar satu juta warga sipil Palestina yang mengungsi.
Para pejabat kesehatan setempat mengatakan 67 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan udara tersebut. Israel menyebut serangan udara itu dilakukan untuk membebaskan dua sandera yang ditahan Hamas.
Selasa (13/2/2024), ketika ditanya tentang situasi di Rafah dan apakah Israel telah melanggar hukum internasional, Cameron mengatakan kepada wartawan: “Kami pikir mustahil melihat bagaimana Anda bisa berperang di antara orang-orang ini. Tidak ada tempat bagi mereka untuk pergi.”
“Kami sangat prihatin dengan situasi ini dan kami ingin Israel berhenti dan berpikir serius sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. Namun yang terpenting, apa yang kami inginkan adalah penghentian segera dalam pertempuran dan kami ingin jeda tersebut mengarah pada gencatan senjata,” imbuh Cameron.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan negaranya tengah mendorong penghentian atau jeda pertempuran selama enam pekan antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, sebagai batu loncatan menuju gencatan senjata yang lebih lama.
Selasa (13/2/2024), hal itu diungkapkan Biden usai dirinya berbicara secara langsung dengan Raja Yordania Abdullah yang sedang berkunjung ke Gedung Putih di Washington DC pada Senin (12/2) waktu setempat. AS dan Yordania merupakan sekutu sejak lama.