Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid turut merespons pernyataan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang meragukan ke-NU-an Khofifah Indar Parawansa.
Nusron menegaskan jemaah Nahdlatul Ulama (NU) meyakini sosok Gubernur Jawa Timur tersebut sebagai nahdliyin sejati. Menurutnya, tidak ada pihak yang berhak mengklaim lebih NU dari pihak lainnya.
“Umat NU mengakui kalau Ibu Khofifah itu NU tulen dan selalu bersama umat,” kata Nusron dalam keterangan tertulis, Kamis (16/1/2024).
“Tidak boleh ada orang yang berhak mengklaim dirinya paling NU, meski yang bersangkutan adalah dzurriyat (keturunan) pendiri NU,” sambungnya.
Nusron menekankan NU bukan milik satu golongan tertentu. Pada hakikatnya, kata dia, NU adalah jam’iyyah ijtimaiyyah diniyyah (organisasi sosial keagamaan) yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah.
Dia juga menegaskan kehadiran NU di Indonesia bersifat inklusif, bukan eksklusif.
“Siapa pun bisa menjadi NU asal setuju dan menjalankan misi Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah,” tutur dia.
Lebih lanjut, dia menyebut pendapat yang dilontarkan Cak Imin kuno. Sebab menurutnya tidak masuk akal apabila beda pilihan politik lantas membuyarkan hakikat NU seseorang.
“Masak hanya karena beda pilihan politik dianggap tidak NU? Ini kolot dan kuno,” tegasnya.
Nusron pun merinci setidaknya ada tiga pola dalam NU. Pertama NU dalam tataran fikrah (pemikiran) yang selalu mengutamakan jalan tengah (tawassuth). Kedua NU secara ubudiyyah, perilaku ibadah yang tidak kaku dan mengakomodasi budaya dan khazanah lokal.
“Ketiga, NU secara harakah atau gerakan. Setiap langkahnya selalu seimbang atau tawazun untuk kepentingan umat, bangsa dan kemanusiaan,” ujar Nusron.
Menurutnya, Khofifah telah mengamalkan ketiga kategori ini. Apalagi, lanjut Nusron, Khofifah juga telah menempuh kaderisasi di tubuh NU, mulai dari Ikatan Pelajar Puteri NU (IPPNU) hingga Muslimat NU sampai menjadi perempuan pertama yang masuk jajaran PBNU.
Nusron menyebut hal tersebut justru berbanding terbalik dengan Muhaimin yang tidak menjalani proses pengkaderan yang panjang seperti Khofifah.
“Malah Mas Muhaimin pengkaderannya hanya PMII. Nggak pernah terlibat ikut kaderisasi formal di NU, karena kebanyakan politik praktis di PKB,” tutup Nusron.