Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Usman Hamid mengkritik Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Putra dari Widji Thukul membacakan puisi ayahnya, sosok yang masih hilang sampai sekarang.
Hal ini mereka sampaikan pada acara Panggung Rakyat ‘Bongkar’ dalam rangka memperingati hari antikorupsi dan hari hak asasi manusia (HAM) sedunia.
“Jokowi, dengan kekuasaan eksekutifnya terus ingin berkuasa memperpanjang kekuasaannya dengan melemahkan kebebasan berekspresi dan melemahkan pengawasan kontrol rakyat dan dengan mengebiri badan-badan peradilan seperti MK,” ucap Usman Hamid di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (9/12/2023).
Ia pun menyinggung putusan MK pada batas usia capres-cawapres dengan menyebut putusan yang dilakukan semasa Anwar Usman menjabat sebagai Ketua MK didasari oleh kepentingan keluarga.
“Dia jadikan ketua MK yang adik iparnya untuk mengutamakan kepentingan keluarga, anaknya jadi cawapres. Bukan untuk kepentingan negara,’ ucapnya.
“Kalau saya bilang selamatkan demokrasi, kalian teriak lawan dinasti,” teriaknya kepada penonton.
Putra dari aktivis di masa pemerintahan Orde Baru (Orba) yang masih hilang hingga saat ini, Wiji Thukul, yakni Fajar Merah juga membacakan puisi karya sang Ayah yang berjudul ‘Momok Hiyong’. Puisi itu pun berisi tentang kritikan keras terkait kekuasaan, penyalahgunaan kekuasaan, serta pengorbanan rakyat dan lingkungan alam.
Momok Hiyong
Momok Hiyong si biang kerok
Paling jago bikin ricuh
Kalau situai keruh
Jingkrak-jingkrak ia
Bikin kacau dia ahlinya
Akalnya bulus siasatnya ular
Kejamnya sebanding Nero
Sefasis Hitler sefeodal raja kethoprak
Luar biasa cerdasnya
Di luar batas culasnya
Demokrasi dijadikan bola mainan
Hak asasi ditafsir semau gue
Emas doyan, hutan doyan
Kursi doyan, nyawa doyan
Luar biasa
Tanah air digadaikan
Masa depan rakyat digelapkan,
Dijadikan jaminan hutan
Momok Hiyong, Momok Hiyong,
Apakah ia abadi,
Dan tak bisa mati?
Momok Hiyong, Momok Hiyong
Berapa ember lagi
darah yang ingin kau minum?
Selain itu, Panggung Rakyat bertema Bongkar ini juga diisi dengan orasi beberapa tokoh lainnya seperti pakar politik Ikrar Nusa Bhakti, seniman Inaya Wahid putri Gus Dur (Abdurrahman Wahid), ekonom Faisal Basri, serta Rhenald Kasali.
Dalam orasinya, Ikrar juga sempat menyinggung pemimpin yang ideal menurutnya. Ia menginginkan sosok pemimpin yang tak pernah melanggar HAM maupun dari keluarga yang mencegah adanya penindakan korupsi.
Selain orasi, acara juga diisi musisi tenar seperti Kotak, PAS Band, The Black Stones Band, Anto Baret & Andi Malewa, Iwa K, Young Lex & Friends, Tony Q, Marjinal, Endank Soekamti, Jamrud dan Horja Bius.
Acara ini diselenggarakan oleh Aliansi Selamatkan Demokrasi Indonesia (ASDI) dengan menampilkan pameran foto yang menampilkan potret Wiji Thukul, Petrus Anugrah, Elang, Petrus Bima Anugerah, hingga Yani Afrie.