Bhabinkamtibmas Kelurahan 19 November, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Brigadir Agus Hartono, sedang mengembangkan inovasi alat pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar. Sampah-sampah plastik tersebut dikumpulkannya dari warga.
Sosoknya yang inovatif diusulkan Polda Sultra sebagai kandidat Hoegeng Corner. Brigadir Agus mengatakan ide dari inovasinya bermula dari bencana banjir di wilayah binaannya.
“Hasil giat patroli saya yang melihat belum adanya tempat pembuangan sampah untuk masyarakat, serta seringnya terjadi kebanjiran saat musim hujan akibat tersumbat oleh sampah-sampah,” kata Brigadir Agus kepada detikcom, Kamis (30/11/2023).
“Saya mulai berpikir bagaimana solusi menangani permasalahan ini. Kemudian muncullah pemikiran saya, ‘Sebenarnya ini plastik terbuat dari apa sih?’. Setelah saya coba untuk cari tahu, ternyata plastik ini terbuat dari minyak bumi. Dari situ muncul ide kenapa tidak plastik-plastik ini di kembalikan ke bentuk aslinya, yaitu minyak bumi,” cerita Agus.
Brigadir Agus mengatakan dia memang gemar dengan pelajaran fisika dan kimia. Bahkan di bangku SMA, Brigadir Agus pernah mengikuti lomba sains.
“Awalnya saya cari tau bagaimana cara mengubah plastik menjadi minyak yaitu dengan cara firolisis. Kemudian saya mencari tahu dan memperdalam pengetahuan tentang proses firolisis, disertai dengan percobaan-percobaan yang tidak terhitung banyaknya, mulai tahun 2016 hingga awal 2018,” ucap Agus.
Agus pun terus melakukan eksperimen dengan menyulap barang-barang bekas atau tak terpakai di rumahnya untuk alat eksperimen.
“Hanya barang-barang bekas seadanya, seperti kaleng cat, pipa stainless, selang, drum bekas. Proses Firolisis plastik menjadi minyak berawal dari plastik dimasukkan dalam tabung pembakaran atau tabung reactor, lalu dipanaskan dengan titik panas tertentu,” terang dia.
“Selanjutnya plastik yang dipanaskan tersebut akan meleleh dan berubah menjadi asap atau uap panas. Lalu uap panas tersebut dialirkan menggunakan pipa stainless menuju tabung (kondensator 1) untuk mengalami pendinginan dan menjadi BBM alternatif solar,” sambung Brigadir Agus.
Selain solar, lanjut Brigadir Agus, firolisis itu juga menghasilkan BBM jenis premium. Pertama kali eksperimennya berhasil, solar tersebut diberikan ke perahu nelayan di Muara Kolaka dan mobil L300.
“Alhamdulillah berkat alat saya ini, bisa mengedukasi warga agar tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat. Kami akan menampung, karena selain alat ini, kami sudah membuat inovasi bank sampah,” kata Brigadir Agus.
Konsep bank sampah membuat warga terbiasa memilah sampah plastik dengan lainnya. Usai sampah plastik mereka terkumpul, Brigadir Agus akan menjemput sampah plastik tersebut secara door to door. Total sudah ada 90 warga yang menjadi nasabah di bank sampah.
“Sampah warga dikumpul dan nanti kami jemput serta dibeli. Jadi masyarakat punya motivasi untuk tidak lagi buang sampah,” ujarnya.
Alat pengubah sampah plastik jadi BBM ini sudah dilombakan di tingkat kabupaten dan mendapat juara 1 pada 2018, kemudian juga dilombakan di tingkat nasional di Bali. Brigadir Agus mengatakan Pemda Kolaka pun memberi perhatian pada inovasi ini dengan menggelontorkan dana Rp 170 juta.
“Bantuan dari Pemda Kolaka untuk anggaran penelitian pengembangan alat firolisis. Dengan dana sebesar Rp 170 juta itu kemarin saya buat alat dengan versi yang lebih baik lagi, serta dilakukan uji dari beberapa sampel plastik,” terang Brigadir Agus.
Ke depan, Brigadir Agus ingin mengujikan BBM hasil firolisisnya ke Sucofindo. Dia pun berencana mensosialisasikan hal ini kepada rekan-rekan polisi lainnya, terutama yang wilayah binaannya terkendala soal sampah.
“Rencana ke depannya saya ingin mensosialisasikan program ini ke temen-temen Bhabin, juga terutama wilayah kota yang banyak permasalahan sampahnya, insyaAllah tahun depan,” pungkas dia.