Partai Gerindra tak sepakat dengan PKS bahwa pernyataan capres nomor urut 1 Anies Baswedan soal ada pihak yang sudah memiliki kontrak politik saat memimpin DKI Jakarta namun tak diteruskan ditujukan ke Presiden Jokowi. Waketum Gerindra Habiburokhman menduga pernyataan itu ditujukan ke gubernur-gubernur DKI sebelumnya.
“Saya nggak yakin Pak Anies tendensius terhadap Pak Jokowi. Mungkin itu gubernur-gubernur sebelumnya atau siapa kami tidak tahu,” kata Habiburokhman kepada wartawan, Minggu (19/11/2023).
Habiburokhman menekankan pihaknya merupakan pengusung Anies dan Jokowi di Pilgub DKI. Dia menyerahkan penilaian soal pemenuhan janji kampanye diserahkan ke masyarakat.
“Kami pengusung Pak Jokowi sebagai gubernur dan sekaligus Pak Anies sebagai gubernur, menurut kami baiknya semua pihak tidak saling mendiskreditkan. Soal tidak terpenuhi sepenuhnya janji kampanye biarlah diserahkan penilaian nya kepada rakyat,” kata Habiburokhman.
Wakil Ketua Komisi III DPR ini kemudian menyinggung program DP rumah Rp 0 yang menurutnya menuai kritik karena dianggap gagal. Menurutnya, fenomena adanya program yang tak berjalan optimal merupakan hal biasa dalam pemerintahan.
“Misal kasus rumah DP Rp 0 yang disebut banyak pihak gagal. Kita tidak boleh mendiskreditkan pihak tertentu, itu fenomena yang biasa dalam pemerintahan. Ada program yang gagal tapi pasti ada juga yang berhasil,” ujar dia.
Sebelumnya, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menanggapi pernyataan Anies terkait seseorang yang punya kontrak politik di DKI Jakarta tetapi tidak diteruskan. Mardani menyebut sosok yang dimaksud itu hanya Anies yang tahu, tetapi ia menyinggung Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Jokowi.
“Mas Anies yang tahu. Tapi, Pak Jokowi memang cuma dua tahun di Jakarta. Tapi momentum memang kuat saat itu ke Pak Jokowi,” kata Mardani kepada wartawan.
Mardani mengatakan politik adalah sebuah pilihan apakah akan berkomitmen pada janji atau sebaliknya. Ia mengatakan rakyat bisa menilai rekam jejak dari setiap pemimpin.
“Politik itu memang pilihan, jaga janji atau ambil momentum. Tapi apapun, sejarah akan mencatat semua pimpinan bisa dengan tinta emas atau tinta hitam yang kelam,” tutur Mardani.