Ketua DPP Partai Golkar Nusron Wahid merespons Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun yang bicara jika PDIP memecat Gibran Rakabuming Raka akan muncul narasi dizalimi. Nusron mengatakan narasi zalim ialah fakta, bukan drama Korea (drakor) politik.
“Soal narasi ‘Saya dizalimi’, ini fakta bukan ‘drakor politik’, sehingga tidak pakai narasi dan skrip drama. Semua jalan atas dasar fakta saja,” kata Nusron kepada wartawan, Rabu (1/11/2023).
Nusron mempersilakan jika PDIP ingin memecat Gibran, sebab hal itu urusan di dalam PDIP. Namun, Nusron mengingatkan tak perlu membuat suasana menjadi muram.
“Kalau mau dipecat ya monggo. Itu hak dan urusan internal PDIP. Tidak usah dibuat melankolis,” jelasnya.
“Mas Gibran politisi gentlemen, dengan segala keputusan. Mas Gibran mendatangi Mbak Puan dan pamit baik-baik. Karena ada panggilan dari rakyat untuk menjawab kebutuhan kepemimpinan Indonesia,” sambung dia.
Lebih lanjut, Nusron mengatakan yang dilakukan Gibran saat ini merupakan bentuk rekonsiliasi nasional. Hal itu, kata dia, demi melanjutkan pembangunan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Soal tegak lurus dengan arahan Bu Megawati, apa yang dilakukan Mas Gibran adalah bagian dari upaya untuk melaksanakan proses rekonsiliasi nasional dengan antar kelompok bangsa Indonesia dan melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukan Pak Jokowi,” tuturnya.
Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun sebelumnya berbicara terkait status Gibran Rakabuming Raka di PDIP usai menjadi cawpares dari Prabowo Subianto. Komarudin mengatakan jika partainya memecat Gibran akan muncul narasi dizalimi.
Hal itu disampaikan Komarudin di gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (31/10). Komarudin menilai status Gibran di PDIP tidak perlu di dramatisir.
“Tidak perlu di dramatisir. Kita kan tahu itu kalau kita ambil tindakan tegas pecat nanti dia (Gibran) gunakan itu ‘Waduh saya dizalimi’, itu sudah lagu lama,” kata Komarudin.