Cerita Ganjar Pernah Disebut Hanya Pencitraan dan Gubernur Medsos

Jakarta

Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo bercerita pernah disebut hanya pencitraan dan gubernur media sosial (medsos). Ganjar mengaku tak peduli, karena yang terpenting adalah mengurus rakyatnya.

“Saya juga pertama gitu kok dulu, sama tadi pencitraan gitu ya, ‘ah Pak Ganjar ini politisi pencitraan’ sama kayak tadi ngomong ya, ‘itu mah gubernur medsos’,” kata Ganjar dalam acara dialog dengan gen z dan kaum milenial di Tangerang, Banten, Minggu (28/5/2023).

“Rasanya gimana? Aku nggak peduli sama kamu, kamu mau ngomong apa aja, nggak aku urus, yang aku urus rakyatku,” sambungnya.

Ganjar berpesan kepada gen z dan kaum milenial untuk menjadi diri sendiri. Menurutnya, bermain media sosial tidak salah tapi perlu ditambah skill dan pengetahuannya.

“Be your self. Kalau anda menjadi diri sendiri, tampilkan apa adanya, tapi tambahin knowledge-nya, tambahin skill-nya, tambahin kualitas kontennya, pasti ada faktor diferensial, itu akan membedakan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ganjar mengatakan tidak masalah untuk memviralkan kasus di media sosial, jika takut melapor. Namun menurut Ganjar, sebaiknya masyarakat dapat menggunakan cara lain.

“Ketika kemarin ada mahasiswa dari Lampung dia datang ke saya, dia cerita, ‘Pak Ganjar apa komentarnya kalau kita viral-viralin?’ Anak-anak sekarang gitu ya, lapor nggak berani takut ditangkap Satpol PP, akhirnya dia pakai cara viralin,” ucap Gubernur Jawa Tengah itu.

“Saya bilang nggak apa-apa. Tapi lebih baik kamu punya cara untuk bisa melapor dengan baik,” sambungnya.

Ganjar lantas berkata salah satu cara dapat melapor dengan aman, menggunakan aplikasi LaporGub. Menurutnya, kerahasiaan pelapor akan dijamin aman.

“Kalau kami punya aplikasi namanya LaporGub, kamu bisa laporkan semua di situ. Masing-masing laporan ada id-nya, itu milikmu, kita jamin rahasianya,” ujar Ganjar.

Ganjar menuturkan dia memiliki catatan siapa saja pejabat yang tidak merespons laporan itu. Ganjar akan menindak pejabat yang tidak merespons laporan tersebut.

“Kalau kemudian tidak merespons, saya telepon ‘bro sudah bosan jadi kepala dinas ya?’. Dua kali (telepon, jika masih tidak ada respons), ‘beneran ini? Suratnya keluar besok,’. ‘Siap pak’ gitu, langsung diberesin,” imbuhnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *