Brighton –
Brighton & Hove Albion mampu tampil konsisten meski silih pilarnya silih berganti pergi. Kebijakan The Seaguls yang berdasar data jadi kuncinya.
Brighton tampaknya masih bakal jadi kuda hitam di Liga Inggris. Pada musim lalu, Mereka mampu finis di peringkat keenam.
Di awal musim ini, The Seaguls tetap konsisten dengan bertengger di peringkat kelima Liga Inggris. Brighton mengumpulkan 12 angka tertinggal tiga angka dari Manchester City di puncak klasemen. Pada laga terakhir, The Seaguls mampu mengalahkan Manchester United di Old Trafford 3-1, Sabtu (16/9).
Brighton secara luar biasa masih mampu konsisten meski dalam beberapa musim terakhir para pemain pilarnya silih berganti pergi. Mereka kehilangan tiga pemain penting Moises Caicedo, Alexis Mac Allister, serta Robert Sanchez pada musim panas ini. Sementara di musim lalu, sejumlah pilar hengkang seperti Marc Cucurella, Yves Bissouma, Leandro Trossard serta sang manajer Graham Potter.
Brighton selalu punya cara untuk bisa menutup kepergian para pilarnya ini. Kunci sukses Brighton melakukan hal ini adalah kebijakan pemilik mereka Tony Bloom.
Brighton Andalkan Data di Bawah Bloom
Tony Bloom mengambil alih Brighton pada 2009. Ia punya latar belakang sarjana matematika dan pernah menjadi pemain poker profesional.
Bloom juga memiliki perusahaan konsultan taruhan bernama Starlizard. Starlizard memberikan saran berdasar data kepada klien untuk bisa mendapat keuntungan dalam sebuah taruhan termasuk taruhan pertandingan sepakbola.
Hal ini membuat Starlizard punya data yang sangat besar terkait pertandingan sepakbola. Data inilah yang dimanfaatkan Brighton dalam merekrut pemain.
Dikutip dari New York Times, Wakil CEO Brighton, Paul Barber, mengungkap sudah punya data daftar pengganti setiap penggawa yang ada dalam tim termasuk manajer dan staf pelatih. Dengan data yang dimiliki ini, Brighton meminimalisir untuk tidak membuat kesalahan dalam mendatangkan pemain.
“Kami memiliki database para pemain dan tingkat kinerja serta atribut yang memungkinkan kami memprediksi dengan lebih akurat apakah seorang pemain di negara X lebih mungkin beradaptasi untuk bermain di Liga Premier, serta beberapa hal lainnya,”ujarnya Barber.
Data yang besar ini turut memudahkan Brighton untuk merekrut pemain dari negara-negara yang tak terlalu tersorot sepakbolanya. Hal ini membuat mereka bisa mendatang pemain potensial dengan harga yang murah.
Contohnya mereka merekrut Julio Encisco dari Libertad, Kaoru Mitoma dari Kawasaki Frontale, Moises Caicedo dari Independiente del Valle, hingga menemukan bakat Evan Ferguson dari Bohemians.
Dengan kebijakan ini, Brighton bisa terus menjaga konsistensi sekaligus mendapat untung lewat bursa transfer.
(pur/krs)