Paul Pogba untuk sementara diskors setelah gagal dalam tes doping karena kadar testosteronnya yang tinggi. Hal tersebut bisa terjadi tanpa disengaja.
Pogba menjalani tes doping selepas kemenangan Juventus 3-0 atas Udinese di Dacia Arena, Kamis (21/9/2023) dini hari WIB. Meski cuma duduk di bangku cadangan, pemain berusia 30 tahun itu terpilih secara acak untuk menjalani tes doping usai laga.
Hasil tes menunjukkan bahwa kadar testosteron di Pogba meningkat. Testosteron adalah hormon yang dapat meningkatkan ukuran dan kekuatan otot.
NADO Italia, badan antidoping, kemudian mengatakan bahwa Pogba untuk sementara diskors dan akan berlaku segera.Sambil menunggu uji coba dan pengujian sampel cadangan “B”.
Dokter Giuseppe Musumeci, direktur kardiologi Rumah Sakit Mauriziano di Turin, menjelaskan situasi Pogba. Dia menjawab pertanyaan La Gazzetta dello Sport saat ditanya alasan pemain sepakbola berusaha meningkatkan kadar testosteronnya.
“Itu adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena bisa saja hal ini ada dalam pengobatan yang diminum sehingga menyebabkan kontaminasi yang tidak disengaja,” kata Musumeci.
Musumeci menyebut upaya meningkatkan kadar testosteron tidak membantu secara fisik. Hal tersebut dikarenakan tidak berdampak bagi pemain sepakbola.
“Secara umum, ini adalah hormon yang tidak banyak membantu meningkatkan performa fisik dalam olahraga ini (sepakbola). Ini mungkin membantu membangun massa otot, tapi itu sebenarnya bukan zat doping yang bisa mengubah performa terlalu banyak.”
Testosteron dikenal sebagai obat peningkat performa yang sering digunakan dalam binaraga atau angkat beban. Testosteron umumnya tidak ditemukan di kalangan sepakbola.
“Testosteron dalam olahraga adalah zat yang sudah ketinggalan zaman jika digunakan dalam olahraga. Ini sudah lama digunakan, terutama oleh binaragawan untuk meningkatkan massa otot, namun sudah ketinggalan zaman,” tambah Dokter Musumeci.