Pejabat Ukraina menyebut drone atau pesawat tanpa awak Rusia menyerang infrastruktur pelabuhan di Sungai Danube, Odesa. Dua orang terluka akibat serangan ini.
Minggu (3/9/2023), Sungai Danube telah menjadi jalur utama Ukraina untuk mengekspor biji-bijian sejak bulan Juli, ketika Rusia keluar dari perjanjian yang ditengahi PBB dan Turki yang menjamin keamanan bagi ekspor biji-bijian, minyak sayur, dan minyak nabati Kyiv melalui Laut Hitam.
Serangan hari Minggu ini terjadi sehari sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan dijadwalkan mengadakan pembicaraan di resor Sochi di Laut Hitam Rusia. Turki telah mendesak untuk menghidupkan kembali kesepakatan gandum.
Komando Militer Selatan Ukraina mengatakan di media sosial bahwa setidaknya dua warga sipil terluka dalam serangan pagi hari terhadap apa yang disebutnya ‘infrastruktur sipil di Danube’.
Sementara itu, Angkatan Udara Ukraina mengatakan sistem pertahanan udara menembak jatuh 22 dari 25 drone Shahed buatan Iran yang diluncurkan oleh Rusia.
Para pejabat tidak memberikan rincian mengenai fasilitas pelabuhan mana yang terkena dampak namun beberapa media Ukraina melaporkan ledakan di pelabuhan Reni, salah satu pelabuhan utama Ukraina di Danube. Militer mengatakan api akibat serangan terhadap fasilitas tersebut dengan cepat padam.
Kementerian Pertahanan Rusia yang dikutip Interfax mengatakan sekelompok drone Rusia berhasil menyerang depot bahan bakar di pelabuhan Reni yang digunakan oleh militer Ukraina. Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut secara independen.
Pelabuhan Reni dan Pelabuhan Izmail telah berulang kali diserang oleh drone Rusia dalam beberapa pekan terakhir.
“Teroris Rusia terus menyerang infrastruktur pelabuhan dengan harapan memicu krisis pangan dan kelaparan di dunia,” tulis kepala staf kepresidenan Ukraina Andriy Yermak di Telegram.
Dia memposting foto petugas pemadam kebakaran mengarahkan air ke reruntuhan bangunan beton yang terbakar.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang dicapai pada Juli 2022, bertujuan untuk meringankan krisis pangan global. Ukraina adalah produsen utama biji-bijian dan minyak sayur. Gangguan ekspornya setelah pecahnya perang pada Februari tahun lalu mendorong harga pangan global mencapai rekor tertinggi.
Rusia mengeluh bahwa berdasarkan perjanjian tersebut, ekspor makanan dan pupuk mereka menghadapi kendala dan tidak cukupnya pasokan gandum Ukraina ke negara-negara yang membutuhkan.