Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengatakan desa Wulublolong di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu contoh desa yang berhasil memberdayakan kelompok perempuan untuk menjadi perempuan yang mandiri secara ekonomi.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga dalam keterangan yang diterima ANTARA di Kupang, Kamis, (25/5/2023) mengatakan pemberdayaan yang dimulai dari desa perlu terus dikampanyekan.
Menurut dia, untuk mencegah perdagangan orang, bisa dimulai dari memberdayakan potensi kaum perempuan di tingkat desa seperti yang dilakukan oleh mama-mama di desa Wulublolong, Pulau Solor.
“NTT ini adalah salah satu provinsi yang banyak memasok tenaga kerja migran non-prosedural. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka para pekerja migran ini karena kondisi ekonomi keluarga,” katanya.
Menurut dia, dari mama mama di Desa Wulublolong itu telah menunjukkan praktik baik upaya pemberdayaan kelompok perempuan di desa agar bisa mandiri secara ekonomi.
Menteri PPPA menilai bahwa mama mama di desa tersebut sangat tangguh luar biasa. Dengan keteguhan mereka untuk memilih berkarya di negeri sendiri patut kita berikan apresiasi yang tinggi, di tengah modus rayuan dari calo tenaga kerja untuk bekerja di luar provinsi atau di luar negeri dengan gaji besar.
“Kami berharap, mama mama yang menjadi koordinator penganyam bisa mengajak mama mama yang lain untuk bergabung. Kalau perempuan sudah saling dukungan satu sama lain, ini akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa karena perempuan mendominasi setengah dari total penduduk di Indonesia,” kata dia.Menteri PPPA memberikan apresiasi kepada Du Anyam, pelaku UMKM pada pemberdayaan perempuan dengan cara meningkatkan kesejahteraan melalui hasil kerajinan tangan di Indonesia. Du Anyam mulai melakukan intervensi di Flores Timur pada tahun 2015.
“Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Du Anyam yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi membantu meningkatkan kesejahteraan para perempuan di Flores Timur,” tambah dia.
Dia menjelaskan Du Anyam tekun melatih kelompok perempuan untuk menghasilkan anyaman yang berkualitas dan membantu mencarikan pangsa pasar agar produk anyaman tersebut bisa dijual dengan harga yang pantas.
Lahirnya Du Anyam juga berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi di Flores Timur untuk membantu perempuan agar mandiri secara finansial dan mendapat kehidupan yang sejahtera
Pendiri Du Anyam Hanna Keraf, menyatakan pihaknya ingin melihat perempuan di Nusa tenggara Timur menjadi perempuan mandiri dan berdaya.
“Kegiatan menganyam ini adalah salah satu cara untuk mengakomodir keahlian mereka dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekeliling mereka. Menganyam sudah bukan lagi mengisi waktu luang tetapi juga pekerjaan utama yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Ada yang menganyam sambil menunggu pasien di puskesmas atau menjemput anak sekolah. Ketekunan mama mama penganyam di sini patut kita hargai,” ujar Hanna.