Mourinho, yang saat ini menangani AS Roma, berhasil mengangkat kembali citranya setelah sempat dihajar kritik di Inggris bersama Manchester United dan Tottenham Hotspur. Ia membawa Roma memenangi UEFA Conference League musim lalu dan kini membawa mereka ke final Liga Europa.
Ia sempat dianggap habis ketika gagal membawa Manchester United bersaing secara konsisten di puncak Liga Inggris. Mourinho dipecat pada Desember 2018 setelah mempersembahkan titel Piala Liga Inggris dan Liga Europa.
Tapi sepanas apapun masanya di MU, Mourinho merasa lebih suram di Tottenham Hotspur. Di sanalah ia merasakan kehampaan setelah melatih sebuah klub.
Mourinho menangani Spurs pada November 2019 hingga April 2021. Ia dipecat tepat sebelum final Piala Liga Inggris.
Mourinho merasa peluangnya membawa Spurs juara dijegal oleh bos sendiri saat itu, yakni Daniel Levy. Sebagai catatan, Spurs adalah satu-satunya klub yang ditangani Mourinho dan tak meraih trofi.
“Saya harap kata-kata saya tidak disalahartikan, tapi satu-satunya klub dalam karier saya yang saya tak merasakan punya ikatan besar adalah Tottenham,” kata Mourinho kepada Olahraga Langit.
“Mungkin karena stadionnya kosong di periode COVID-19. Mungkin karena Mr Levy tidak membiarkan saya memenangkan sebuah final dan meraih sebuah trofi. Ini satu-satunya.”
“Selain itu, Porto, Chelsea, Inter, Real Madrid, Manchester United, semua klub ini saya merasakan adanya koneksi,” imbuhnya.
Di Roma, ia mendapatkan dukungan besar termasuk dari para pemilik klub. Gelar UEFA Conference League musim lalu cuma mempermudahkan memenangkan hati mayoritas pendukung Roma, yang sebelumnya tak juara sejak 2008.
“Orang-orang bilang kita tak bisa mencintai semua klub. Tapi saya mencintai setiap klub (yang saya tangani). Karena saya selalu merasa ada perasaan sebaliknya, mereka juga mencintai saya,” sambung pria Portugal itu.
“Dengan Roma, suatu hari situasinya akan sulit. Tapi kami akan terikat selamanya. Seperti saya dengan semua klub sebelumnya.”