Bentrokan terjadi antara kelompok penggembala di Niger. Sebanyak 28 warga sipil dinyatakan tewas akibat insiden ini.
“Untuk saat ini kami telah mencatat sedikitnya 28 orang tewas, tetapi jumlah korban bisa bertambah,” kata seorang pejabat senior di wilayah Tillaberi dekat Mali, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/8/2023).
Dia menambahkan bahwa beberapa mayat telah ‘terbawa’ arus sungai Niger.
Pejabat itu mengatakan kekerasan dimulai saat matahari terbenam pada hari Selasa (15/8) dan berakhir Rabu (16/8) tengah hari.
Berdasarkan sumber setempat, di Ayorou, salah satu dari empat desa terkena dampak, empat orang tewas dan 26 lainnya luka-luka akibat peluru dan pisau.
Otoritas militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum pada 26 Juli tidak mengkonfirmasi pembunuhan tersebut.
Seorang tokoh masyarakat sipil di kawasan itu mengatakan kekerasan itu disebabkan oleh ‘siklus pembalasan’ antara penggembala Peul dan orang Djerma yang menetap, yang sama-sama mendiami daerah tersebut.
“Ada serangan terhadap para penggembala sehingga para pemuda penggembala bersenjata melakukan pembalasan dan itu terjadi lagi di desa-desa lain,” kata anggota masyarakat sipil tersebut.
Kedua kelompok itu bentrok pada akhir April dan awal Mei di desa-desa dan dusun di sepanjang sungai yang menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka. Ribuan orang mengungsi sementara.
Seorang jurnalis radio lokal mengatakan kepada AFP bahwa bentrokan April-Mei terjadi setelah ‘beberapa pembunuhan’ penduduk desa oleh tersangka jihadis yang mencuri ternak dan memungut pajak.
Di bawah presiden Bazoum, pihak berwenang secara teratur menjalankan kampanye kesadaran yang memperingatkan orang-orang tentang upaya para jihadis untuk mengobarkan ketegangan komunal.