Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hingga kini belum menentukan sosok capres 2024 yang bakal mereka dukung. PSI bakal konsolidasi internal terlebih dahulu untuk menentukan arah dukungan capres 2024.
PSI akan menggelar Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) sebagai bentuk konsiladasi pada pekan depan. Dalam Kopdarnas itu, PSI akan membahas terkait evaluasi hasil rembuk rakyat sebelumnya.
“Ya di Kopdarnas sih lebih konsolidasi ya. Jadi semua pengurus akan berkumpul diwakilkan oleh DPW mereka, dan di situlah nanti akan ada kaya mendengarkan rekomendasi dari DPW, apakah melanjutkan rembuk rakyat atau membuat sebuah sistem yang baru atau yang lain,” kata Giring di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Selasa (15/8).
Giring menuturkan akan ada banyak kejutan di Kopdarnas pada Selasa (22/8). “Minggu depan persis. Makanya ini kita merayakan Jokowisme sekaligus mau bilang bahwa tujuh hari lagi kita ada Kopdarnas,” jelasnya.
Sementara, Waketum PSI Andy Budiman mengatakan saat ini PSI masih menunggu tanda-tanda dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait arah dukungan capres. Dia mengatakan PSI enggan untuk terburu-buru menentukan dukungan capres.
“PSI belum mengambil keputusan akan mendukung siapa, kami masih menunggu tondo-tondo dari Pak Jokowi. Tapi yang jelas setiap kandidat yang akan kami dukung adalah orang yang akan melanjutkan Jokowisme,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia pun mengaku tak terpengaruh dengan adanya deklarasi dukungan PAN dan Golkar terhadap Prabowo Subianto. Sebab, kata dia, kerjasama politik itu memerlukan kecocokan, sehingga tidak perlu buru-buru.
“Koalisi itu kan soal cocok-cocokan, soal chemistry. Kamu juga memilih bergabung berkawan dengan siapa kan itu juga soal chemistry. Jadi sekali lagi, itu adalah keputusan partai dan itu memang harus kita hormati siapapun. Jadi tidak bisa kita menyebut atau menilai sesuatu,” ungkap dia.
Menurutnya, menjalin kerja sama harus berdasarkan dari chemistry atau kecocokan. Dia pun menekankan masih akan menunggu tanda dari Jokowi.
“Tapi yang paling jelas kan biasanya orang itu berkumpul, berkelompok itu karena misalnya mereka cocok satu sama lain, ada sikap saling respect saling menghargai, ada kesetaraan kesamaan,” ujar Andy.
“Saya nggak tahu dalam soal ini konteksnya apa, tapi yang jelas mungkin mereka (PAN dan Golkar) para pemimpin partai politik yang bergabung itu merasa cocok satu sama lain. Toh di koalisinya Mas Ganjar kan ada PPP, ada Hanura dan Perindo. Itu kan juga ada chemistry juga di sana,” imbuhnya.