Sosok cawapres pendamping Anies Baswedan di pilpres 2024 masih jadi misteri. Saat ini ramai diperbincangkan antara Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid.
Pembahasan itu pun masih bergulir dalam Koalisi Pembangunan untuk Persatuan (KPP). Pro kontra terhadap AHY ataupun Yenny juga muncul.
Belakangan ini Yenny mengaku dapat tawaran dari salah satu partai politik untuk menjadi cawapres. Yenny pun mengungkap kedekatan Anies Baswedan. Tapi Yenny disebut tidak pernah diajukan dalam Koalisi Pembangunan untuk Persatuan (KPP).
NasDem Sebut Anies-Yenny Pasangan Top
Ketua DPP NasDem Effendy Choirie atau Gus Choi menilai Anies juga top bersanding dengan Yenny. Gus Choi mengatakan kedua tokoh ini saling melengkapi. Ia menyebut akan cocok jika Anies bersanding dengan Yenny untuk 5-10 tahun ke depan.
“Anies-Yenny itu juga paling top,” kata Gus Choi dikonfirmasi, Jumat (11/8/2023).
“Ibarat pasangan suami istri saling melengkapi untuk mengarungi bahtera kehidupan Indonesia 5-10 tahun ke depan,” ujarnya.
Demokrat Tolak Yenny Wahid
Hal itu pun mendapat penolakan dari salah satu partai KPP yakni Demokrat. Demokrat menilai Yenny tidak pas mendampingi Anies.
“Mbak Yenny buat saya bagus. Bahkan lengkap sekali dengan segala atribusi yang melekat dalam diri beliau. Namun untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok. Mungkin cocoknya di koalisi yang lain,” kata Wasekjen Demokrat Jansen dalam cuitan akun Twitter-nya seperti dilihat, Kamis (10/8/2023).
Jansen menekankan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yang dibesut partainya bersama NasDem dan PKS, mengusung perubahan dari pemerintahan saat ini. Dengan begitu, dia menghendaki figur cawapres Anies merepresentasikan hal itu.
“Karena jika koalisi ini menang, sebagaimana namanya perubahan, banyak hal yang ingin kami ubah. Dan idealnya cawapres Perubahan ini memang yang selama ini wajahnya merepresentasikan hal itu,” katanya.
Jansen menduga para pendukung Anies akan bingung apabila figur cawapresnya tak sesuai dengan tagline poros koalisi. Jansen menyebut Yenny merupakan bagian dari rezim saat ini.
“Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Di mana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya. Tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan, apalagi dia tokoh ‘status quo’ atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini,” ujarnya.
“Tentu jikapun saya misalnya jadi Pak Jokowi termasuk para pendukung rezim ini, pasti akan tidak sukalah: ‘anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi,” katanya.