Komitmen FIFA membela perempuan dipertanyakan, menyusul sikapnya di Piala Dunia Wanita 2023. Sebab, jurnalis dilarang bertanya soal pelecehan seksual.
Itu terjadi dalam konferensi pers jelang pertandingan Zambia melawan Spanyol, Selasa (25/7/2023). Pelatih Zambia, Bruce Mwape, dicecar soal tuduhan pelecehan seksual yang dialamatkan kepadanya.
Ada salah satu reporter kemudian coba menanyakan hal itu kepadanya. Namun, petugas media FIFA kemudian melarangnya.
“Saya akan meminta Anda untuk membatasi pertanyaan hanya pada sepakbola dan turnamen, untuk konferensi pers ini. Saya akan melanjutkan ke pertanyaan berikutnya,” katanya, dilansir Skynews.
Mwape kemudian menjawab pertanyaan sejenis dari reporter kedua. Ia menegaskan tidak ada alasan untuk mundur.
“Keadaan apa yang memengaruhi tim khususnya? Apa yang Anda bicarakan? Saya ingin tahu, karena tidak mungkin saya bisa pensiun tanpa alasan,” katanya.
“Mungkin alasan Anda adalah karena apa yang Anda baca dari media atau pers, tetapi kebenarannya harus benar-benar keluar, bukan hanya rumor,” semburnya.
Upaya reporter mencari jawaban berlanjut, saat bertanya kepada kapten Zambia Barbra Banda. Lagi, pejabat Zamba dan FIFA melarangnya, dan menegaskan Mwape dan Banda tidak akan menjawab pertanyaan itu.
Sikap FIFA itu kemudian dikritik. Pegiat Hak Asasi Manusia, Minky Worden, menyebut sikap FIFA terkesan melindungi pelaku pelecehan seksual, terlebih FIFA juga tidak mau mengomentari proses penyelidikan etika kepada Mwape.
“FIFA benar-benar menolak menerapkan langkah-langkah tata kelola yang baik untuk mengeluarkan pelaku pelecehan seksual dari olahraga,” kata Worden, Direktur Inisiatif Global Human Rights Watch.
Piala Dunia Wanita 2023 sebelumnya diselimuti banyak isu soal perempuan. Salah satunya terkait kesenjangan soal besaran hadiah dan pembinaan masing-masing federasi.