Jakarta –
Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan forum Layar Basua di Plasa Insan Berprestasi, Jakarta. Kegiatan ini menjadi ruang bertemu dan berbagi antara pelaku industri film nasional dalam suasana santai namun sarat makna.
Kata ‘Layar’ melambangkan dunia sinema, sementara ‘Basua’ yang berasal dari bahasa Minangkabau berarti pertemuan dan kebersamaan. Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan forum ini bukan sekadar ajang diskusi, tetapi juga wahana menyatukan visi untuk kemajuan perfilman Indonesia.
Ia menyoroti pencapaian positif industri film tanah air dengan lebih dari 81 juta penonton dan 200 film diproduksi sepanjang 2024. Film-film Indonesia juga makin sering tampil di berbagai festival internasional, termasuk Cannes yang akan digelar Mei ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kita ingin platform seperti ini dapat menjadi medium dialog yang produktif dalam membahas perfilman nasional. Karena seperti kita tahu bahwa perfilman Indonesia sebagai salah satu garda terdepan diplomasi budaya dan merupakan wajah dari sebuah perkembangan kebudayaan kita,” ucap Fadli dalam keterangan tertulis, Jumat (25/4/2025).
“Dan sekarang film-film kita sangat aktif hadir di berbagai festival film Internasional, antara lain International Film Festival Rotterdam, Berlinale International Film Festival, Hong Kong International Film and Tv Market, hingga Cannes Film Festival yang akan berlangsung pada bulan Mei nanti. Prestasi ini merupakan cerminan dari daya saing dan kualitas sinema kita patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya,” sambungnya.
Hal tersebut disampaikan dalam forum pada Kamis, (24/5). Ia juga menegaskan pentingnya membangun ekosistem perfilman yang kuat dan inklusif melalui festival film daerah serta kegiatan apresiasi film di lingkungan pendidikan.
Momen libur Idul Fitri 2025 lalu menjadi bukti kuat antusiasme masyarakat terhadap film nasional sangat tinggi. Per 23 April 2025, empat film Indonesia mencatat total penonton lebih dari 15 juta.
Film Jumbo meraih 6,3 juta penonton, diikuti Pabrik Gula (4,2 juta), Komang (2,6 juta), dan Qodrat (2,2 juta). Angka ini dua kali lipat dari jumlah penonton pada dua bulan pertama tahun ini.
Prestasi luar biasa juga ditorehkan film Jumbo yang terpilih untuk tayang di market screening Cannes Film Festival 2024. Film ini dinilai bukan hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang kuat, mulai dari pentingnya emosi yang terkendali hingga menjaga kepercayaan dan komitmen.
Fadli Zon menyatakan apresiasinya atas karya Jumbo, dan menyebut film ini sebagai contoh sinema yang membentuk karakter serta memperkuat nilai budaya. Ia menegaskan dukungan kementerian akan terus mengalir demi kemajuan perfilman Indonesia.
“Film Jumbo adalah contoh nyata bagaimana karya sinema bisa membentuk karakter dan memperkuat nilai-nilai kebudayaan. Kementerian Kebudayaan mendukung penuh langkah mereka menuju panggung dunia,” ujar Fadli.
Menurutnya, kementerian siap berperan aktif lewat tiga langkah strategis: memperkuat kelembagaan, merancang intervensi yang tepat sasaran, dan memastikan koordinasi lintas sektor berjalan optimal.
“Selain itu, kami juga berharap agar ke depan semakin banyak festival film yang digelar di berbagai lingkungan pendidikan, mulai dari kampus, pesantren, hingga sekolah. Kegiatan semacam ini penting untuk mendorong apresiasi terhadap beragam karya film, termasuk film pendek, dokumenter, dan berbagai genre lainnya. Lebih dari itu, upaya ini juga diharapkan dapat menumbuhkan minat generasi muda terhadap dunia perfilman,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fadli menegaskan kembali kehadiran Kementerian Kebudayaan menjadi instrumen strategis yang dapat dimanfaatkan oleh para insan perfilman untuk memajukan ekosistem perfilman nasional.
“Ada tiga hal krusial yang perlu kita pastikan dalam menjalankan peran ini. Pertama, getting the institution right-bagaimana memastikan lembaga ini hadir dengan struktur dan fungsi yang tepat. Kedua, getting the intervention right-yakni memastikan setiap kebijakan dan program intervensi benar-benar menjawab kebutuhan di lapangan. Dan ketiga, getting the coordination right-artinya koordinasi lintas sektor dan pelaku harus berjalan sinergis dan efektif,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua PPFI Deddy Mizwar menekankan film adalah sarana diplomasi budaya yang efektif. Sementara Ketua PARFI Ki Kusumo dan sutradara Ewan Persada mengangkat isu pembiayaan dan distribusi film yang perlu segera diatasi lewat regulasi yang lebih berpihak.
“Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, saya berharap industri film nasional dapat berkembang lebih pesat. Masa depan perfilman Indonesia berada di tangan para insan film, yang didukung secara penuh oleh pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan tujuan besar perfilman Indonesia,” ujar Deddy.
Sutradara sekaligus produser film, Ewan Persada menyebut akses terhadap pendanaan produksi masih menjadi kendala utama, ditambah keterbatasan dalam mendapatkan jadwal tayang di jaringan bioskop nasional.
Ewan berharap Kementerian Kebudayaan dapat menyusun kebijakan yang berpihak pada kebutuhan para pembuat film, terutama yang independen. Menurutnya, dukungan konkret sangat diperlukan agar ekosistem perfilman bisa berjalan lebih adil dan berkelanjutan.
Di sisi lain, Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Ki Kusumo juga menyampaikan hal serupa. Ia menilai produksi film membutuhkan dukungan sumber daya besar dan negara seharusnya hadir melalui skema pendanaan yang jelas.
Ia juga menekankan perlunya regulasi distribusi film yang lebih adil agar film lokal bisa lebih kompetitif dan memiliki ruang yang layak di bioskop tanah air.
Forum Layar Basua pun menjadi ruang diskusi yang hangat dan terbuka bagi para pelaku film lintas generasi. Forum ini diharapkan menjadi titik temu untuk membangun sinergi serta mencari solusi bersama terhadap berbagai tantangan industri film nasional.
Sebagai informasi, forum ini dihadiri oleh lebih dari 130 pelaku perfilman, yakni Ketua Badan Perfilman Indonesia, Gunawan Paggaru; Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia, Naswardi; Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat, Amin Shabana; Niniek El Karim; Slamet Rahardjo; para aktor, aktris, dan berbagai stakeholder bidang perfilman yang turut menyampaikan pandangan serta masukan konstruktif mengenai kondisi dan arah perkembangan perfilman nasional.
Hadir juga dalam diskusi, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian; Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; beserta jajaran Kementerian Kebudayaan.
(anl/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini