Seperti dilansir ReutersRabu (12/7/2023), Pentagon mengumumkan pekan lalu soal rencana memasok Ukraina dengan bom cluster, senjata peledak yang biasanya melepaskan sejumlah besar bom-bom berukuran lebih kecil di wilayah yang luas. Bom cluster dilarang oleh lebih dari 120 negara, termasuk Inggris dan Jepang.
Shoigu, dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Rusia pada Selasa (11/7) waktu setempat, mengungkapkan bahwa Rusia memiliki bom cluster namun sejauh ini menahan diri untuk tidak menggunakannya dalam operasi militernya.
Namun AS sebelumnya menuduh Rusia telah menggunakan bom curah di Ukraina dan menyebut bom curah yang digunakan Moskow itu memiliki tingkat kegagalan hingga 40 persen, yang berpotensi membuat medan pertempuran dipenuhi bom-bom yang tidak meledak.
Washington sendiri menjelaskan bahwa bom cluster yang akan dipasok ke Kyiv memiliki tingkat kegagalan kurang dari 2,35 persen. Dikhawatirkan bahwa bom-bom cluster yang tidak meledak akan memberikan ancaman bahaya bagi warga sipil hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan usai konflik berakhir.
“Jika Amerika Serikat memasok bom cluster ke Ukraina, Angkatan Bersenjata Rusia akan terpaksa menggunakan senjata serupa melawan Angkatan Bersenjata Ukraina sebagai responsnya,” tegas Shoigu dalam pernyataannya.
“Perlu dicatat bahwa Rusia memiliki bom cluster yang beroperasi… untuk semua situasi… Bom cluster itu jauh lebih efektif daripada yang dimiliki Amerika,” sebutnya.
Shoigu menambahkan bahwa militer Rusia sedang mengambil langkah-langkah untuk melindungi pasukannya dari senjata semacam itu.