Jakarta –
Kebakaran rumah tinggal di Menteng, Jakarta Pusat (Jakpus), diduga disebabkan masalah kelistrikan. Warga mengaku kaget api tiba-tiba saja membumbung tinggi.
Salah satu warga, Sri (57) mengatakan awalnya ia sedang memandikan cucunya. Namun, tiba-tina saja api membumbung tinggi dari rumah tetangganya.
“Saya lagi mandiin cucu. Saya buru-buru keluar, saya lari keluar belum sampoan. Tiba-tiba api udah ke sana udah ke depan, dari rumah tengah ini. Awalnya dari tengah, tiba-tiba udah ke depan rumah saya,” kata Sri saat ditemui detikcom, Sabtu (21/12/2024).
Dia mengatakan peristiwa itu terjadi pukul 11.30 WIB. Warga yang melihat api tersebut langsung melarikan diri sementara api yang sudah menghitam.
“Itu jam 11.30 WIB pas sebelum salat jumat. Langsung teriak ‘ada api ada api’, nggak ada ledakan segala macam, tiba-tiba udah naik aja asapnya udah hitam begitu,” jelasnya.
Dia mengatakan rumahnya hangus terbakar. Tak ada satupun barang yang berhasil diselamatkan. Dia pun mengungsi ke rumah anaknya yang berbeda RT dengannya.
“Rumah saya ludes kebakar, nggak ada barang bisa diselametin. Ada si ledakan tapi saya lupa gimana saya udah lemes aja karena panik bawa anak masih telanjang. Saya semalam ngungsi di rumah anak,” tutupnya.
Diduga Korsleting Listrik
“Dugaan penyebab korsleting listrik,” kata Kasiops Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakpus, Achmad Saiful Kahfi, Jumat (20/12).
Operasi pemadaman dinyatakan selesai pada pukul 14.33 WIB. Total sebanyak 17 unit mobil pemadam kebakaran (damkar) beserta 68 orang personel dikerahkan untuk memadamkan api.
Kebakaran itu dilaporkan warga pada pukul 11.53 WIB. Warga melaporkan saat api sudah membesar.
“Salah satu saksi dari warga atas nama Bapak Dindin melihat pemilik rumah berteriak dan pada saat didobrak, pintu rumah tersebut api sudah membesar,” katanya.
Luas area yang terbakar sekitar 400 meter persegi. Damkar melaporkan ada 15 unit rumah yang terbakar.
Sebanyak 87 orang yang berasal dari 29 keluarga terdampak kebakaran tersebut. Akibat kebakaran itu, ditaksir kerugian sekitar Rp 600 juta.
(maa/maa)