Sport  

Madrid Drama Terus soal Wasit, Presiden LaLiga Meradang


Jakarta

Real Madrid kembali memicu polemik dan menggiring narasi terkait wasit. Presiden LaLiga Javier Tebas pun sampai kesal dibuatnya.

Madrid musim ini sudah beberapa kali mengkritik secara terbuka kepemimpinan wasit di Spanyol. Hal itu dilakukan di situs dan media resmi klub, termasuk lewat tayangan di Madrid TV.

Yang terbaru, ‘korban’ kritik terbuka Madrid adalah wasit Ricardo de Burgos Bengoetxea. Lewat tayangan video, Madrid memberi isyarat bahwa wasit Bengoetxea yang akan memimpin final Copa del Rey punya kecenderungan memihak Barcelona.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bengoetxea kemudian mencurahkan isi hatinya sembari menitikkan air mata, bercerita bahwa anaknya jadi korban bullying di sekolah akibat narasi tersebut. Kegelisahan juga diungkapkan wasit Pablo Gonzalez Fuertes yang akan mengawal perangkat Video Assistant Referee (VAR).

Reaksi wasit ini kemudian justru memantik kekesalan Madrid lebih jauh, hingga muncul kabar akan memboikot final Copa del Rey. Mulanya Madrid meminta pergantian wasit Bengoetxea, yang ditolak oleh Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF).

Madrid lantas menolak untuk hadir di konferensi pers dan latihan resmi, sebagaimana diumumkan RFEF. Kemudian beredar pula kabar Madrid mengancam mundur dari final Copa del Rey, yang belakangan dibantah oleh Madrid.

Polemik ini turut memicu kecaman dari Presiden LaLiga Javier Tebas. Lewat cuitan di X, atau dulu dikenal dengan Twitter, ia menyoroti bos Madrid Florentino Perez yang semaunya sendiri.

“Ini bukanlah sepakbola, ini perebutan kekuasaan,” cuit Tebas.

“Dia tak suka Tebas karena tak bersikap sesuai kemauannya. Dia tak suka Ceferin (Presiden UEFA) karena tak mendengarnya. Dia tak suka Louzan (Presiden RFEF) karena tak berada di bawah kuasanya. Dia tak suka komentator TV karena mereka tak mengatakan hal-hal yang ingin ia dengar.”

“Sekarang setelah para wasit bereaksi, setelah pelecehan konstan dari Real Madrid TV, dia bereaksi dengan membatalkan konferensi pers, melewatkan latihan, meludahi kompetisi, dan menolak hadir di final.”

“Dia tak komplain, dia mengancam. Dia tidak protes, tapi menghukum. Dia tak mau meningkatkan sepakbola, dia maunya menguasainya. Bagian terburuknya bukanlah keinginan menguasai sepakbola, tapi karena lingkungan tertentu membiarkannya, menganggapnya normal, dan bahkan membantunya,” tulis Tebas, sebelum keluar bantahan Madrid terhadap rumor mundur dari partai final.

(raw/adp)

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *