Bogor –
Pemerintah meresmikan Rumah Susu Unit Sentul di Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat. Rumah pengolahan susu tersebut dibangun untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Susu ini penting untuk pertumbuhan anak dan Pak Presiden menginginkan murni. Dan kita berpikir bagaimana cara mendistribusikannya. Alhamdulillah ini yang kedua, karena yang pertama sudah ada di Cimahi langsung di SPPG-nya (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi). Tapi itu untuk SPPG saja dan kemasannya dalam botol,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hidayana di Bogor, Selasa (22/4/2025).
Menurutnya, inovasi rumah pengolahan susu tersebut cukup baik. Susu langsung dikemas dan bisa dibawa langsung ke sekolah-sekolah untuk makan bergizi gratis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini inovasi yang luar biasa, langsung di dalam cup yang bisa dibawa ke mana-mana dan kemudian beliau mengirimkan sealernya atau coolernya ke sekolah-sekolah. Jadi nanti distribusinya luar biasa,” ujarnya.
Dadan mengatakan pemerintah menginginkan ada 1,5 juta sapi perah di Indonesia. Pemerintah mengatakan masih dibutuhkan 1 juta ekor sapi untuk memenuhi target itu.
“Kita menginginkan populasi sapi itu di Indonesia minimal 1,5 juta. Sekarang baru ada 560 (ribu), jadi kita masih kurang sekitar 1 juta. To be honest sekitar 2 juta agar seluruh penduduk Indonesia minum susu,” ujarnya.
Dadan menginginkan susu menjadi menu wajib makan bergizi gratis di daerah yang memiliki sapi perah. Dia menginginkan susunya berasal dari dalam negeri.
“Kami sekarang menetapkan di dalam program makan bergizi, susu menjadi wajib di daerah-daerah di mana ada sapi perahnya. Di daerah yang tidak ada sapi perahnya tidak kita paksakan. Karena kita tidak ingin orang kemudian minum susu dengan peningkatan nilai impor yang signifikan. Jadi kami ingin susunya dari dalam negeri,” kata dia.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono, yang hadir dalam acara itu, menceritakan pengalaman soal pengolahan susu di Boyolali. Dia mengatakan susu di sana tidak terserap industri sehingga dibuang para peternak.
“Saya punya pengalaman waktu kemarin peternak sapi di Boyolali itu membuang hasil susunya. Saya datang ke sana, ternyata memang hasil susu dari peternak sapi perah dengan koperasi di Boyolali itu tidak terserap di industri pengolahan susu. Saya agak-agak marah lihat peristiwa itu,” kata Ferry.
Dia mengaku bertekad agar koperasi mempunyai industri pengolahan susu sendiri. Salah satu wujudnya adalah dengan diresmikannya rumah susu.
“Harapannya ke depan bukan hanya unitnya yang diperbanyak. Kemudian bisa ke pabrik susunya menjadi UHT dan lain sebagainya, kami dari Kementerian Koperasi akan mendukung penuh. Apalagi ke depan kami mendapatkan instruksi dari Presiden untuk membangun Koperasi Desa Merah Putih sebanyak 80 ribu di seluruh Indonesia,” ujarnya.
(rdh/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini