Sport  

Setan Merah di Lingkaran Setan


Manchester

Manchester United masih belum bangkit bersama Ruben Amorim. Eks bek Jaap Stam menilai Setan Merah bak di lingkaran setan.

MU masih terpuruk di zona bawah klasemen Liga Inggris. Hingga pekan ke-32, Bruno Fernandes Cs berada di peringkat ke-14 dengan 38 poin, cuma selisih 17 poin dari Ipswich di zona merah terakhir.

Musim ini, MU juga kesulitan sejak awal. Erik ten Hag akhirnya dipecat, dan manajemen menggantinya dengan Amorim.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bersama manajer asal Portugal itu, performa MU tak kunjung membaik. Amorim juga mengganti skema permainan dengan memainkan tiga bek.

Terakhir saat Manchester United disikat Newcastle United 1-4, Ruben Amorim masih memainkan tiga bek yakni Victor Lindeloef, Leny Yoro, dan Nousair Mazraoui. Skema itu dinilai tidak cocok dan berisiko dilakukan di tengah musim.

“Ini jelas langkah berisiko, tetapi itu mencerminkan bagaimana klub telah dijalankan selama dekade terakhir,” kata Jaap Stam, yang membela MU pada 1998-2001 itu, melansir Daily Mail.

“Manajer terus datang, menerapkan sistem mereka sendiri, mengubah keadaan, dan mengubah skuad. Pemain datang dan pergi, biasanya dengan biaya tinggi.”

“Sebagai klub besar, Anda harus memiliki filosofi yang konsisten, punya identitas. Klub itu sendiri harus memiliki cara bermain yang jelas, dan kemudian menemukan seorang manajer yang cocok dengan filosofi itu. Sebaliknya, apa yang kita lihat adalah pemain yang dibawa satu manajer, maka manajer yang berbeda datang dan ingin mengubah segalanya,” terangnya.

Stam, yang membawa tiga gelar Premier League dan satu titel Liga Champions pada masanya, menilai MU harus menghentikan siklus semacam ini. Ia menilai klub harus punya visi yang jelas, khususnya soal ingin bermain seperti apa.

“Ini cara berpikir yang berbeda. Alih-alih terus-menerus membangun sistem untuk visi manajer baru, klub harus membangun filosofi sendiri dan merekrut manajer yang selaras dengannya. Dengan begitu, Anda mempertahankan konsistensi dan terhindar harus memulai dari awal setiap saat,” kata Jaap Stam.

“Waktu saya bermain, saya lebih suka memiliki kejelasan dan struktur. Sistem yang terus berubah dapat membuat frustrasi, karena sulit untuk menetap dan memahami peran Anda. Pemain butuh stabilitas untuk berkembang, dan ketika Anda terus menggeser filosofi, itu mengganggu kemajuan,” ungkap eks Timnas Belanda tersebut.

(yna/mrp)

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *