Senyum lebar menghiasi wajah Ratih Ayu Puspita saat membuka bagasi mobil. Ia beserta suami dan anaknya baru saja tiba di rumah di Jakarta Timur setelah melakukan perjalanan panjang, mudik lebaran ke Semarang, Jawa Tengah. Selain baju-baju bekas pakai, di antaranya terdapat tumpukan kotak kardus berisi aneka oleh-oleh yang ia bawa dari sana.
Dua jenis buah tangan yang wajib dibeli perempuan berusia 38 tahun yaitu lumpia khas Semarang dan ikan bandeng presto. Lumpia Semarang merupakan hidangan khas yang memadukan cita rasa Tionghoa dan Jawa, dengan isian rebung, telur, dan daging atau udang yang dibungkus kulit tipis, disajikan dengan saus kental manis-gurih dan acar segar.
Di Semarang, kota yang identik dengan lumpia, memiliki setidaknya enam toko lumpia yang sangat populer. Salah satu yang paling ikonik adalah Lumpia Gang Lombok. Kedai ini telah berdiri sejak tahun 1800-an dan terletak di Gang Lombok, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah.
“Kalau lumpia favorit saya itu di Lumpia Gang Lombok. Rasanya otentik, tidak ada yang bisa menandingi. Kulitnya renyah, isiannya gurih dan manisnya pas. Ada dua jenis yang basah dan goreng,” jelas Rani. “Berbeda dengan toko-toko lumpia lain yang berinovasi dengan berbagai isian, Lumpia Gang Lombok tetap teguh mempertahankan orisinalitasnya, yaitu isian rebung dan resep yang tak lekang oleh waktu. “Kami membeli 20 buah lumpia basah dan 10 buah lumpia goreng untuk dinikmati bersama keluarga besar di Jakarta.”
Ratih bercerita, saat membeli lumpia di Gang Lombok, ia harus rela antre panjang bersama pemudik lainnya. “Saat Lebaran, Gang Lombok selalu ramai sekali. Semua orang pasti membawa lumpia sebagai oleh-oleh. Kami harus datang pagi-pagi sekali supaya nggak kehabisan,” terang Rani yang bekerja sebagai karyawan finansial di sebuah perusahaan F&B ini. “Sambil nunggu antrean, sambil nyicipin lumpia yang baru digoreng masih hangat, rasanya enak banget.”