“Paling tidak Jawa Barat itu seluruh kota, sama DKI,” ungkap Guswanto.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari mengungkapkan pihaknya sudah mencatat sejumlah daerah yang masuk dalam kategori waspada bencana basah. Daerah tersebut di antaranya Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya, Jawa Barat, serta Kulon Progo, Jawa Tengah, meski wilayah-wilayah lain juga tetap masuk dalam radar kewaspadaan.
Dalam upaya mitigasi bencana basah, BMKG sudah menyiapkan sedikitnya delapan posko utama kebencanaan di Pulau Jawa, Lampung, dan Bali. Sejumlah perlengkapan terkait bencana telah disiapkan, mulai tenda, selimut, matras, makanan siap saji, pompa, hingga perahu karet.
“Ketika terjadi kondisi kedaruratan, itu daerah sudah tinggal buka tenda, gelar dapur umum, dan makanan siap sajinya sudah disiapkan,” kata Abdul Muhari melalui sambungan telepon.
Abdul menambahkan, selain bencana basah, saat ini sejumlah daerah juga mulai memasuki tahap peralihan ke bencana kering, seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Beberapa di antaranya Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Potensi bencana kering ini mungkin akan terjadi saat arus balik Lebaran, sekitar 2-7 April 2025.
Di wilayah-wilayah ini, BNPB tidak menyiapkan OMC dan posko bencana. Strategi ini hanya dikhususkan untuk di wilayah-wilayah yang menjadi tujuan utama mudik. Namun BNPB tetap memberikan dukungan dana logistik dan operasional untuk persiapan fase tanggap darurat di wilayah-wilayah dengan potensi bencana kering tersebut.