Jakarta –
Krisis kesehatan yang dihadapi Paus Fransiskus membuat jutaan umat Katolik di seluruh dunia cemas. Bagaimana Vatikan dan Gereja Katolik berjalan ketika pemimpin tertinggi mereka sakit?
Sejak 14 Februari 2025, Paus Fransiskus yang kini berusia 88 tahun menjalani perawatan di Rumah Sakit Gemelli di Roma karena infeksi paru-paru serius di kedua paru-parunya alias pneumonia ganda.
Dalam beberapa hari terakhir, Paus Fransiskus dilaporkan mengalami gagal napas akut yang memerlukan intervensi medis mendesak seperti ventilasi mekanis non-invasif untuk membantu pernapasannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dokter, meskipun pemimpin tertinggi umat Katolik itu masih sadar, kondisinya tetap lemah karena menunjukkan gambaran yang ‘kompleks’.
Di samping kekhawatiran tentang kesehatannya, kondisi Paus Fransiskus yang masih dirawat inap turut memunculkan sejumlah pertanyaan mengenai peraturan Vatikan yang belum menemukan titik terang.
Salah satu di antaranya adalah apa yang terjadi jika seorang Paus tidak dapat melanjutkan tugas kepemimpinannya, tetapi belum meninggal atau mengundurkan diri?
Apa yang terjadi di Vatikan saat ini?
Getty ImagesKambuhnya penyakit Paus Fransiskus mendorong ribuan umat beriman berkumpul di Roma untuk berdoa
Paus merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan Vatikan, sehingga kepemimpinannya sangat penting baik dalam dimensi keagamaan, administratif, maupun diplomatik.
Karena Paus Fransiskus baru dirawat di rumah sakit selama beberapa hari dan tetap sadar, saat ini belum terlihat gangguan besar dalam aktivitas Takhta Suci Vatikan.
“Departemen-departemen Vatikan telah memiliki jadwal yang tersusun. Tahun ini Yubileum dirayakan dan seluruh programnya telah direncanakan,” kata Filipe Domingues, direktur Pusat Sekuler di Roma dan spesialis urusan Vatikan, kepada BBC Mundo.
BBC
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
BBC
Domingues menjelaskan bahwa para kepala setiap dikasteri (kumpulan lembaga administratif Vatikan yang membantu paus) dapat mengarahkan bidangnya masing-masing.
“Kurang lebih seperti halnya menteri dalam suatu pemerintahan, sehingga Paus tidak perlu membuat setiap keputusan secara individual,” imbuhnya.
Beberapa tugas khusus hanya bisa dilakukan Paus, seperti pengangkatan uskup, pengesahan kanonisasi santo-santa baru, dan pesan-pesan beliau kepada umat beriman pada hari Rabu atau Minggu.
“Pesan-pesan ini tetap keluar, tetapi secara terbatas. Ketika beliau dapat menyetujuinya, pesan-pesan tersebut diterbitkan. Jika beliau tidak bisa, maka pesan-pesan tersebut memerlukan waktu lebih lama untuk diterbitkan,” tambah Domingues.
Getty ImagesPietro Parolin adalah Sekretaris Negara Vatikan yang bertanggung jawab atas diplomasi dan urusan politik Takhta Suci.
Ketika Paus tidak dapat menjalankan fungsinya secara langsung, administrasi Gereja Katolik berada di tangan Kuria Roma, badan pemerintahan gerejawi.
Tanggung jawab ini khususnya terletak di pundak Sekretaris Negara Vatikan yang saat ini dijabat Kardinal Pietro Parolin.
“Semuanya akan tetap kurang lebih sama: setiap kardinal memiliki perannya sendiri di Vatikan dan sekretaris negara memainkan peran yang sangat penting dalam konteks ini,” ujar Domingues.
Parolin mengawasi urusan diplomatik dan administratif dan bertindak seperti “perdana menteri” Vatikan.
Namun, Domingues menekankan otoritas Sekretaris Negara Vatikan tidak menggantikan kewenangan Paus.
“[Sekretaris Negara] tidak dapat membuat keputusan yang menjadi wewenang Paus, seperti pengangkatan uskup,” paparnya.
“Saat Paus dalam kondisi tidak sadar, maka tidak akan ada pengangkatan baru. Kita harus menunggu karena tidak ada yang namanya ‘wakil paus’. Tetapi Sekretaris Negara Vatikan dapat terus menjalankan proyek-proyek yang telah dirancang dengan tetap mempertahankan prioritas Paus.”
Baca juga:
Adapun perayaan keagamaan dan acara gerejawi terus berlanjut.
Misalnya, pada hari Minggu (02/03) lalu, Uskup Agung Rino Fisichella memimpin Misa Yubileum di Basilika Santo Petrus yang sedianya dipimpin Paus.
Akan tetapi, sekalipun Takhta Suci memiliki mekanisme tertentu untuk tetap beroperasi jika pemimpinnya tidak hadir, terdapat kekurangan dalam sistem regulasinya.
Jika kesehatan Paus memburuk dalam jangka waktu yang lebih lama, maka pada perjalanannya akan timbul kesulitan dalam tata kelola.
Bagaimana regulasi Vatikan ketika Paus sakit?
Ketika seorang Paus wafat atau mengundurkan diri, aturan suksesi Vatikan cukup jelas dan mapan.
Di sisi lain, tidak ada protokol yang jelas untuk mendelegasikan kepemimpinan Gereja jika Paus tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh karena penyakit serius.
Takhta Suci juga tidak memiliki mekanisme perwakilan sementara ketika Paus sakit atau tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya.
Menurut Domingues, hal ini sebagian tidak lepas dari tradisi dan idiosinkrasi Gereja Katolik.
“Ini bukan posisi sederhana. Ada pemahaman bahwa Paus adalah penerus Santo Petrus, seorang pemimpin Gereja. Ini bukanlah pekerjaan yang ditempati sementara kemudian ditinggalkan,” jelasnya.
Getty ImagesMenurut doktrin Gereja Katolik, Paus adalah penerus Santo Petrus.
Dia menambahkan bahwa “salah satu gelar Paus adalah ‘Vikaris Kristus’, yang berarti bahwa dia adalah perwakilan utama Kristus di Bumi; itulah mengapa pendekatan ‘jika sudah tidak baik, mari kita cari yang lain’ tidak sesuai dengan logika Gereja.”
“Sikapnya lebih kepada: ‘Mari kita berdoa untuknya agar dia membaik atau melewati situasi ini dengan damai. Dan ketika waktunya tiba, kita akan melakukan apa yang harus kita lakukan,'” jelas pakar tersebut.
Para pakar berpendapat bahwa hukum kanon, yang menyediakan prosedur terperinci untuk suksesi kepausan dalam hal kematian atau pengunduran diri, meninggalkan kekosongan hukum ketika Paus masih hidup tetapi tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh.
Kanon 335 menyebutkan kemungkinan bahwa Takhta Suci “kosong atau sepenuhnya terhalang,” tetapi tidak mendefinisikan apa arti “sepenuhnya terhalang” atau menetapkan langkah-langkah yang harus diikuti dalam skenario tersebut.
Dalam kasus uskup, misalnya, Gereja memiliki aturan. Menurut Kanon 412, sebuah keuskupan dapat dianggap “terhambat” jika uskupnya tidak dapat menjalankan otoritasnya karena alasan sakit, pengasingan, atau keadaan lain apa pun, dan komando beralih ke tangan uskup pembantu atau vikaris jenderal.
Namun, karena tidak ada ketentuan yang setara untuk Paus, pertanyaan tentang siapa yang harus mengambil alih perannya dalam kasus ketidakmampuan tetap terbuka.
Surat Paus Fransiskus
Secara teori, jika seorang Paus tidak dapat melanjutkan jabatannya karena alasan kesehatan, satu-satunya solusi adalah mengundurkan diri.
Hal ini terjadi pada tahun 2013. Saat itu, Paus Benediktus XVI mengundurkan diri karena kondisi fisiknya tidak lagi memungkinkan dia untuk menjalankan tugasnya.
Paus Fransiskus sadar betul akan kondisi kesehatannya. Pada tahun 2022, dia telah menulis surat pengunduran diri untuk digunakan dalam kasus ketidakmampuan medis.
Namun, ada ketidakpastian mengenai bagaimana pengunduran diri ini akan dilakukan ketika, katakanlah, Paus Fransiskus berada dalam kondisi tidak sadar dan tidak menyatakan secara gamblang.
Berdasarkan hukum kanon, pengunduran diri Paus harus “bebas dan nyata.”
Getty ImagesPengunduran diri Paus Benediktus XVI merupakan yang pertama dalam kurun waktu hampir 600 tahun
Paus Benediktus XVI, yang memimpin Vatikan dari tahun 2005, mengumumkan pengunduran dirinya kepada publik pada 2013.
Namun, apabila Paus Fransiskus mengalami koma atau menderita demensia lanjut, muncul pertanyaan tentang siapa yang akan memutuskan validitas surat pengunduran dirinya.
“Jika Paus menderita Alzheimer dan tidak lagi dapat membuat keputusan sendiri, seseorang dari Sekretariat Negara harus mempublikasikan surat tersebut dan menyajikan laporan medis,” kata Domingues.
“Kita tidak mengetahui detail surat [Paus Fransiskus] tersebut. Tetapi semacam ketidakmampuan disebutkan. Saya kira pernyataan medis akan diperlukan untuk mengonfirmasi bahwa situasi tersebut akan berkepanjangan dan bahwa ia mungkin tidak akan dapat pulih,” tambahnya.
Lalu apa yang terjadi apabila diputuskan bahwa surat pengunduran ini tidak valid?
“Gereja akan terus berjalan hingga akhir masa kepausan saat Paus meninggal. Ini tidak ideal, tetapi pernah terjadi sebelumnya,” kata pakar tersebut.
Baca juga:
Sejarah mencatat Paulus VI sempat menulis surat dan menyiapkan dokumen agar pengunduran dirinya diterima jika ia sakit parah.
Namun, surat ini tidak pernah digunakan. Paulus VI tetap menjabat dari tahun 1963 hingga wafatnya pada tahun 1978.
Akankah ada reformasi aturan?
Getty ImagesBerbagai kondisi kesehatan sudah dihadapi Paus Fransiskus sepanjang hidupnya, termasuk pengangkatan sebagian paru-parunya pada usia 21 tahun.
Dengan tidak adanya regulasi yang jelas mengenai hal ini, beberapa spesialis hukum kanon telah mengusulkan reformasi aturan.
Pada tahun 2021, sekelompok ahli menyarankan bahwa, ketika seorang Paus benar-benar tidak mampu menjalankan tugasnya, Kolegium Kardinal harus mengambil alih pengelolaan Gereja dan menunjuk komisi untuk secara berkala menilai keadaan kesehatan Paus.
Usulan ini menyiratkan bahwa komite medis akan meninjau kesehatannya setiap enam bulan dan, jika ditentukan bahwa ia tidak dapat tetap menjabat, Kolegium Kardinal dapat mengaktifkan proses pemilihan penerus jabatan.
Namun, sejauh ini Vatikan belum menerapkan ide-ide tersebut.
Dengan kata lain, Gereja saat ini tidak memiliki mekanisme formal untuk mengatur kepemimpinan Vatikan ketika kondisi kesehatan Paus terus memburuk dalam jangka panjang.
Ketika ditanya apakah ada perdebatan di dalam Vatikan untuk mereformasi hukum kanon ini, Filipe Domingues mengatakan “belum mendengar apa pun tentang itu.”
“Saya rasa tidak ada rencana dalam hal itu, karena selalu ada kemungkinan pengunduran diri, dan itu masih menjadi pilihan,” katanya.
“Untuk saat ini, beliau sadar. Setiap hari mereka melaporkan bahwa beliau sadar dan mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan Gereja. Kita belum mencapai skenario lainnya.”
Lihat juga Video ‘Rabu Abu, Umat Katolik di Filipina Doakan Paus Fransiskus’:
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu