Siapa Firaun Thutmose II yang Makamnya Jadi Temuan Terbesar 1 Abad Terakhir?


Jakarta

Pemerintahan Raja Thutmose II berada di bawah bayang-bayang istrinya yang sekaligus saudara tirinya dan kemudian putranya, Thutmose II.

Thutmose II adalah raja keempat dari Dinasti ke-18 Mesir, yang hidup sekitar 1.500 tahun sebelum Masehi.

Pekan lalu, dilaporkan bahwa makamnya ditemukan di Lembah Barat Nekropolis Theban, yang terletak di dekat Kota Luxor.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tempat itu adalah makam kerajaan dari dinasti ke-18 Mesir yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Penemuan makam Thutmose II menjadi yang pertama sejak makam Tutankhamun ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Thutmose II adalah kakek buyut dari kakek buyut Tutankhamun.

Thutmose II adalah putra Thutmose I dari Mutnofret, yang berlatar “raja kelas dua”, yang bukan berasal dari lingkaran inti kelompok istri kerajaan.

Thutmose I diketahui juga memiliki istri dari lingkaran inti kelompok istri kerajaan, yakni Ahmose.

Dari Ahmose, Tuthmose I memiliki putri bernama Hatshepsut.

Tiang Ke Delapan, bangunan, masa, pemerintahan, Thutmose II, Hatshepsut, Kompleks Kuil Karnak, Mesir Getty Images Tiang kedelapan, bangunan dari masa pemerintahan Thutmose II dan Hatshepsut, Kompleks Kuil Karnak, Mesir. garisBBC

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garisBBC

Untuk melindungi garis keturunannya, Thutmose I memerintahkan kedua anaknya ini menikah.

Perintah ini didasari agar ketika Thutmose I meninggal, suksesi kekuasaan tak menimbulkan pertentangan.

Sejarawan meyakini bahwa Thutmose II hidup hingga usia sekitar 30 tahun.

Meski begitu, belum jelas berapa lama pemerintahannya berlangsung.

Baca juga:

Sebagian pihak meyakini pemerintahannya berlangsung singkat, sekitar tiga atau empat tahun.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa pemerintahannya mungkin berlangsung selama 14 atau bahkan 18 tahun.

Riwayat kekuasaannya belum banyak terdokumentasi.

Namun ia dikenal karena memimpin operasi militer yang berakhir sukses di Nubia, Mesir selatan, dan di Levant, yang saat ini mencakup wilayah Palestina, Israel, dan Suriah.

Sebuah, plat, nama, Thutmose II, Kuil Hatshepsut, Deir el-Bahari, MesirGetty ImagesSebuah plat merujuk pada nama Thutmose II, Kuil Hatshepsut, Deir el-Bahari, Mesir.

Saat tubuhnya yang telah dimumikan ditemukan, para ahli meyakini Thutmose II mengalami masalah kesehatan.

Sarkofagusnya ditemukan pada 1881 oleh para ahli Mesir Kuno Gaston Maspero dan mile Brugsch di Deir el-Bahari, sebuah situs kuil dan makam yang menghadap kota kuno Thebes di tepi barat Sungai Nil.

Namun, penemuan sarkofagus kala itu tidak berisi jenazah sang raja.

Mumi Thutmose II telah dipindahkan bersama jasad beberapa firaun lain untuk menghindari penjarahan makam.

Firaun Hatshepsut

Ketika Thutmose II meninggal, takhta kerajaan diberikan kepada putranya yang lahir dari salah satu istrinya, Iset.

Namun, Thutmose III, yang baru belajar berjalan, kala itu masih terlalu kecil untuk memegang tampuk pemerintahan.

Bukan hal yang aneh bagi para ibu untuk mengambil alih peran sebagai penguasa saat firaun masih sangat muda.

Namun, Iset tidak terlatih menjalankan peran tersebut.

Baca juga:

Itulah sebabnya jabatan tersebut diambil alih oleh Hatshepsut, ratu yang telah menjanda, yang pada usia lebih dari 20 tahun kelak mengemban tugas di Kerajaan Mesir Baru.

Hatshepsut, yang kala itu memiliki dua orang putri, Neferura dan Neferubity, bertugas menjaga takhta anak tirinya hingga pemuda itu dapat mengambil alih tugas firaun.

Namun, beberapa tahun kemudian dan karena alasan yang tidak diketahui, Hatshepsut menjadi seorang firaun.

Patung, Hatshepsut, Museum, MesirGetty ImagesPatung Hatshepsut, Museum Mesir.

Kala itu posisi seorang firaun lebih diutamakan laki-laki. Meski begitu, tidak ada aturan yang melarang seorang perempuan menduduki jabatan tersebut.

Hal ini terjadi utamanya ketika seorang ibu melindungi tahta putranya atau ketika sang suami pergi berperang.

Perbedaan dalam kasus ini adalah bahwa Hatshepsut mengambil alih kekuasaan untuk dirinya sendiri, bukan atas nama Thutmose III.

Baca juga:

Di sisi lain, hal ini didorong pemahaman seorang firaun memiliki kekekalan, layaknya para dewa.

Itulah sebabnya ketika anak tirinya tumbuh dewasa dan mampu mengambil alih pemerintahan, Hatshepsut tidak turun takhta.

Hatshepsut kerap digambarkan dengan ciri-ciri maskulin, bahkan dengan janggut palsu yang dianggap sebagai atribut ilahi para dewa.

Tujuan penggambaran seperti itu dimaksudkan agar dirinya dikenal sebagai seorang pemimpin.

Namun, teks-teks yang ada memperjelas bahwa ia adalah seorang perempuan.

Hatshepshut, dimumifikasi, Museum KairoGetty ImagesJenazah Hatshepsut yang dimumikan, Museum Kairo.

Pemerintahannya berjalan dengan baik, dengan kemajuan tidak hanya di bidang militer, namun juga di bidang perdagangan, yang menyebabkan pemerintahan suaminya terlupakan.

Setelah wafat, Thutmose III yang berkuasa mulai menghapus nama ibu tirinya, dengan menghancurkan monumen dan patung yang menggambarkan Hatshepsut.

Ini terjadi sekitar 20 tahun setelah ibu tirinya mangkat.

Imbas dari ini, Hatshepsut jadi lebih kurang dikenal.

Sementara, Thutmose III memanfaatkan kebesaran yang diwariskan padanya, sebagai salah satu firaun terpenting dari dinasti ke-18 Mesir.

(haf/haf)


Hoegeng Awards 2025


Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *