Perahu Eretan di Pesanggrahan Ada Sejak 1987, Masih Diandalkan hingga Kini


Jakarta

Pemandangan unik terlihat di salah satu sudut kota Jakarta. Di tengah banyaknya transportasi baru bermunculan, masih ada sebuah perahu kecil mengapung di atas sebuah kali di kota metropolitan tepatnya Jakarta Selatan.

Siapa sangka perahu bermaterial kayu ini merupakan salah satu moda transportasi air yang sudah cukup lama digunakan warga sekitar. Setidaknya 38 tahun lamanya.

Hermawan (29), pengemudi perahu eretan itu menyebut ayahnya sudah mencari nafkah melalui perah eret di lokasi itu sejak tahun 1987. Perahu sederhana itu merupakan akses jalan pintas bagi warga yang ingin menyeberang dari Pesanggrahan menuju Tanah Kusir.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Adannya dari tahun 87, dulu bapak saya sama pakde dari kampung yang mulai cek jalur air yang bisa dibikin ‘getek’ dapat lah di sini,” ungkap pria yang akrab disapa Wawan itu di lokasi, Sabtu (8/2/2025).

Hingga akhirnya, setelah lulus sekolah dirinya ikut terjun menggeluti pekerjaan itu. Adapun mayoritas pengguna jasanya adalah anak sekolah.

Sebab lokasi tempatnya menjajalkan jasa persis di antara MTsN 13 Jakarta dan SMPN 31 Jakarta. Wawan mematok tarif sebesar Rp 2000 untuk sekali nyebrang.

“Kebanyakan kayak anak sekolah itu. Kalau warga sini mah jarang. Paling kalau hari Minggu di situ kan ada pasar pagi, baru ada beberapa,” ungkap Wawan.

Wawan menceritakan perahu kecil itu mulai beroperasi sejak subuh hingga malam hari. Tak jarang, dia juga mendapat pesanan yang diorder melalui pesan singkat.

“(Operasinya) Dari subuh sampai malem. Kalau malem aslinya aturan di sini jam 8 tutup,” tuturnya.

“Cuma kadang kalau ada orang nyebrang tengah malam kalau masih melek, masih berangkat, cuma ada pertanyaan, tanya dulu mau ke mana. Kadang pedagang yang pulang malam, yang pikul cuangki atau anak muda suka ngomong ‘mas jangan tutup, nanti saya mau nyebrang’,” tambah Wawan.

Warga Lebih Senang Perahu

Warga setempat, Ifan (43) mengaku memang sering memilih transportasi perahu eretan itu untuk menyebrang. Termasuk hari ini saat mengikuti kegiatan memancing di kawasan Peninggaran, Jaksel.

Menurutnya menggunakan perahu eratan lebih efisien, bagi dirinya yang tak menggunakan kendaraan bermotor. Sebab tak perlu berjalan terlalu jauh, namun hanya merogoh kocek dengan nominal yang masih masuk akal.

“Kalau saya jalan lewat sana, itu muternya jauh, makannya saya pake kendaraan (perahu), ada sekitar 1,5 kilometer kalau jalan. Jadi lebih praktis, dekat (naik perahu), paling Rp 2000,” imbuhnya.

Perahu milik Wawan itu bisa mengangkut hingga delapan orang penumpang. Adapun cara mengoperasikannya menggunakan tenaga manusia, dengan cara ditarik manual menggunakan tali yang dibentang melintasi badan kali dan diikat pada kedua sisi kali.

Pada kedua sisi kali juga terlihat ada jembatan-jembatan dari kayu menjadi tempat perahu eretan itu berlabuh. Ada juga tangga kayu yang merupakan akses satu-satunya penumpang menuju perahu.

Bermodalkan kopi dan iringan lagu di atas perahu, sehari-hari Wawan dapat mengangkut puluhan hingga ratusan penumpang.

“Ada (100 kali bolak-balik) soalnya kan dari sana ke sini yang sekolah di MTs. Dari sini ke sana, kita nggak pernah ngitung bolak baliknya. Anak SD juga, ibunya suka nganter ke sini,” imbuh Wawan.

(ond/zap)


Hoegeng Awards 2025


Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *