Jakarta –
Tawuran di wilayah Cipinang Muara dan Duren Sawit membuat resah warga yang berada di lokasi. Ketua RT 08/RW 08 di Cipinang Muara, Suryana, bercerita banyaknya warga yang pindah rumah lantaran merasa tempatnya sudah tidak aman lagi.
“Ya, sering. Sepengetahuan saya ini, tawuran di Cipinang Muara khususnya ini sudah kurang lebih 2 tahun. Karena kalau saya hitung-hitung dari sebelum lapangan RT 08 dibangun, itu sudah tawuran, berarti sekarang lapangan sudah rapi, itu sekitar 2 tahunan. Mungkin sudah 2 tahun lebih,” kata Suryana ditemui di lokasi, Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2025).
Suryana menyebut tawuran yang dilakukan oleh anak muda di dua wilayah tersebut sudah mengarah ke tindakan kriminal. Bahkan, katanya, tak jarang yang membawa senjata tajam, air keras hingga pistol rakitan.
“Tapi ke sini-sininya sekarang sudah beda. Sudah banyak yang menggunakan air keras, menggunakan sajam-sajam yang ke sini-sininya makin seram-seram sajamnya. Yang dulunya cuma dari golok, parang, sekarang sudah panah. Sudah panah, terus sepletan, tambah lagi pistol rakitan, yang lebih sekarang bahayakan lagi molotov,” ujar Suryana.
Ia menyebut tawuran di wilayahnya berdampak buruk bagi masyarakat sekitar. Suryana mengatakan lantaran kondisi tersebut, banyak warga di RT 08 yang memilih untuk pindah.
“Ya sudah dua kali tawuran ini sudah sampai ke molotov dilemparnya. Ini untuk kami sebagai yang ketempatan wilayah, itu arena tawuran, ya tentunya semua warga resah. Resah karena apa? Pertama, mengganggu fasilitas jalan,” ujar Suryana.
“Terus yang kedua, rumah-rumah warga saya yang di pinggir jalan, itu sudah banyak yang pada rusak. Dari gentengnya, mobilnya, yang punya mobil, terus pagarnya yang kerjanya warga berdagang di sekitar situ pun, imbasnya lebih besar,” tambahnya.
Ia mengatakan pelaku usaha di tempatnya juga mengeluh hal serupa. Suryana mengatakan lantaran seringnya tawuran di sana tak sedikit warga yang memutuskan menjual rumah.
“Sehingga setiap tauran mereka nggak dagang. Yang tadinya sudah dagang masak banyak-banyak, akhirnya belum dimulai, sudah ada berita tawuran, sehingga langsung nggak dagang nutup. Nah ini, ke sini-sini makin besar dampaknya,” kata Suryana.
“Malah, saking sudah lamanya ini tawuran, banyak rumah-rumah yang pada dijual di sekitar situ. Makanya tadi saya fotoin, videoin, sudah berapa. Dihitung-hitung warga saya saja, ini warga saya, bukan yang sebelahnya ya. Sebelahnya kan warga RW 15. itu, saya saja ada sekitar 4 ya, 5,” kata dia.
Suryana mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah peristiwa tawuran terjadi. Namun, ia menilai para pelaku tak kunjung jera jika bukan polisi yang datang ke lokasi.
“Sekarang, coba pemerintah daerah, jadi jangan dibalikin ke sini. Bagaimana mereka mencari solusinya? Mereka yang harus bekerja. Pengen saya, ya gitu. Jadi, jaga bukan di tengah-tengahnya. Di antara dua lokasi, dijaga. Jadi ketahuan di mana letak-letaknya,” kata Suryana.
“Terus yang kedua, para pengurus juga harusnya inilah, jujur, transparan, keterbukaan. Kalau emang ada anak warga yang terlibat atau pengin itu ada kegiatan (tawuran), yang rencana-rencana yang ini akan memicu tawuran, ya segera harusnya. Dia tuh koordinasi,” imbuhnya.
(dwr/ygs)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu