Jakarta –
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri bicara pentingnya ikatan (bonding) bagi bangsa. Dia mencontohkan bonding antara dirinya dengan kader PDIP.
Megawati awalnya mengatakan tantangan atau penindasan dapat dihadapi dengan persatuan rakyat dan pemimpin. Dia mengatakan proses menyatu dengan rakyat itu merupakan bonding.
“Proses menyatu dengan rakyat ini lah, ini yang saya pusing untuk menerjemahkan dengan baik pada bahasa Indonesia, yang saya sebut sebagai bonding,” ujar Megawati dalam HUT PDIP ke-52 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025).
Dia mengatakan bonding akan membuat orang saling terikat lahir batin meski tinggal berjauhan. Dia kemudian bercerita soal kader PDIP di Nabire, Papua Tengah, membuat tanda tangan darah untuk membela dirinya.
“Jadi udah lahir batin. Biar ada di ujung sono. Seperti saya kan kaget, tahu-tahu lihat di media ibu-ibu dari Nabire, wong saya nggak pernah nyuruh-nyuruh, nanti dipikir saya yang nyuruh. mereka kan itu tanda tangan pakai darah. Loh saya bilang kok nggak ada yang ngasih tahu sama saya ya. Jangan coba ganggu mama, kalau di timur saya dipanggil mama, mama Mega maka akan berhadapan dengan kita,” ujar Megawati.
Megawati kemudian bercerita tentang peristiwa Kudatuli. Dia mengatakan masih ada 23 orang masih hilang sejak peristiwa itu terjadi 27 Juli 1996 lalu.
Megawati kembali membahas soal bonding. Dia mengatakan bonding itu menunjukkan ikatan lahir batin rakyat dengan pemimpin.
“Bonding menggambarkan ikatan senasib sepenanggungan. Seperti yang saya ceritakan, saya sama yang di Nabire itu paling kan cuma dadah dadah, Zoom atau apalah. Loh kok tahu-tahu keluar kok gitu. Saya sampai tanya sama Hasto, siapa yang nyuruh kayak gitu-gitu. Saya nggak nyuruh loh. (Dijawab Hasto) ‘Loh itu maunya sendiri bu’. Ya bilang jangan gitu dong, nanti dipikir kita mau melawan Pemerintah Republik Indonesia,” ujar Presiden ke-5 RI ini.
Megawati mengatakan bonding menyatu dengan cita-cita Indonesia raya. Dia mengatakan orang yang sudah terikat akan bergerak bersama mewujudkan cita-cita bangsa.
(dwr/haf)