Atlet memang dinilai dari prestasinya di lapangan. Tapi, atlet tidak bisa jadi apa-apa tanpa menjaga sikap dan berjiwa sportif.
Hal ini dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA), Fully Aswar, saat menjadi pembicara dalam talkshow bertajuk Growth Mindset in Sport Career yang diadakan NOC Indonesia belum lama ini.
Fully mengatakan pembiasaan kegagalan kepada atlet adalah yang baik untuk menempa mental. Hal itu juga diterapkan kepada dua anaknya, Aero Sutan Aswar dan Aqsa Sutan Aswar, yang kini menjadi atlet andalan jetski Indonesia.
“Sebuah kegagalan bagi saya adalah sebagai trigger untuk bertanggung jawab atas kegagalan tersebut dan agar kegagalan tidak akan terjadi lagi. Memang tidak mudah, saya sebagai orang tua harus selalu mendidik mentalitas mereka agar bertumbuh lebih kuat,” kata Fully.
“Benar-benar saya tanamkan pedihnya rasa kegagalan. Saya juga pernah kasih dia hasil yang baik, yang bagus tapi saya kasih juga yang jelek untuk dia mendapatkan rasa gagal. Mungkin awal dia masih marah tapi lama-lama dia bisa terima dan membalik menjadi penguatan untuk menjadi juara. Nah hal itu saya tanamkan ke mereka,” sambungnya.
Menurut Fully, kegagalan akan membuat mental atlet terlatih kuat sehingga terus ingin memberikan penampilan yang terbaiknya. Selain itu ada dua hal lainnya yang juga harus dimiliki para atlet, yakni attitude dan sportivitas.
“Kepada semua apapun yang mereka perbuat, attitude itu sangat penting. Jadi kita mengajarkan juga harus respect sama semua orang. Kita tidak boleh sembarang ngomong juga, kebetulan di Jetski ini kita ada aturan itu. Jadi ngomong ucapan yang tidak baik itu bisa langsung dikeluarkan dari arena, itu kita ada aturan itu. Jadi kita tanamkan sejak kecil,” ucap Fully.
Fully tak lelah mengajarkan sportivitas kepada Aero dan Aqsa, bahkan saat kedua anaknya itu tampil di kejuaraan.
“Ini terjadi pada saat di kejuaraan dunia. Kebetulan nomor 1 nya itu dari negara Kuwait. Aqsa itu kedua. Tapi kita punya chance untuk jadi juara. Lalu peserta dari Kuwait ini ada yang masalah rusak dengan pump impeller nya, lalu peserta tersebut ingin mengganti pump tersebut, namun tidak ada yang punya spare part itu. Mereka tanya-tanyakan siapa yang punya barang pump seperti yang peserta punya, ternyata hanya tim Indonesia yang punya,” cerita Fully.
“Saya pinjamkan kepada pebalap tersebut. Lalu Aero tanya kepada saya, kenapa dikasih? Kan kita pasti menang. Saya ceritakan pengalaman saya waktu balapan, hanya karena busi saya mau pinjam kepada orang, tidak ada yang mau kasih, kecewanya setengah mampus. Saya tidak ikut balap pada saat itu. Hanya gara-gara busi,” lanjutnya.
“Saya sampaikan kepada Aero, Ro jangan kecewain orang. Kalau kita menang, kita menang karena kita menang jadi bukan karena orang atau lawan ada masalah,” terang Fully.