Gencatan Senjata Israel-Lebanon Dimulai 27 November Pagi


Jakarta

Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa pemerintah Israel dan Lebanon telah menerima proposal mengakhiri konflik dengan Hizbullah. Biden menyebut kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon akan berlaku mulai pada Rabu, 27 November pukul 4 pagi waktu setempat.

“Berdasarkan kesepakatan yang dicapai hari ini, yang berlaku mulai pukul 4 pagi besok waktu setempat, pertempuran di perbatasan Lebanon-Israel akan berakhir,” kata Biden dalam sambutannya di Gedung Putih, dilansir CNN, Rabu (27/11/2024).

“Ini dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen. Apa yang tersisa dari Hizbullah dan organisasi teroris lainnya tidak akan diizinkan,” tambahnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Joe Biden mengatakan pemerintah Israel dan Lebanon telah menerima proposal untuk “mengakhiri konflik yang menghancurkan antara Israel dan Lebanon.” Presiden memuji perkembangan tersebut sebagai “kabar baik” saat berpidato dari Rose Garden pada hari Selasa waktu setempat.

Biden mengatakan Israel “mempertahankan hak untuk membela diri” jika Hizbullah “atau siapa pun” melanggar kesepakatan.

Joe Biden menilai kesepakatan gencatan senjata merupakan terobosan untuk mengakhiri kekerasan di Lebanon. Namun, ia menegaskan kembali bahwa Israel “mempertahankan hak untuk membela diri” jika Hizbullah “atau siapa pun” melanggar kesepakatan yang baru diumumkan tersebut.

“Biarkan saya perjelas, jika Hizbullah atau siapa pun melanggar kesepakatan dan menimbulkan ancaman langsung terhadap Israel, maka Israel mempertahankan hak untuk membela diri, sesuai dengan hukum internasional.”

Kesepakatan tersebut “menandai awal yang baru bagi Lebanon” dan membantu negara tersebut mempertahankan kedaulatannya, kata Biden. Ia memastikan pasukan AS tak akan dikerahkan ke Lebanon selatan.

Biden menambahkan bahwa rakyat Gaza juga “berhak mendapatkan akhir dari pertempuran dan pengungsian” karena serangan Israel terus berlanjut di wilayah yang terkepung.

Biden meyakini kesepakatan ini “membawa kita lebih dekat untuk mewujudkan agenda afirmatif”. Ia kemudian membayangkan kondisi Timur Tengah yang damai dan sejahtera, serta terintegrasi lintas batas.

“Masa depan di mana Palestina memiliki negara mereka sendiri; negara yang memenuhi aspirasi sah rakyatnya; dan negara yang tidak dapat mengancam Israel atau melindungi kelompok teroris dengan dukungan dari Iran. Masa depan di mana Israel dan Palestina menikmati keamanan, kemakmuran, dan ya, martabat yang setara,” ucapnya.

Biden menggarisbawahi krisis pengungsi yang dipicu oleh perang Israel dengan Hizbullah di Lebanon. Ia menyebut sebanyak 300.000 warga Lebanon dan 70.000 warga Israel terpaksa menjadi pengungsi sejak perang Israel-Hizbullah berkecamuk.

“Sejak perang dengan Hizbullah dimulai, lebih dari 70.000 warga Israel terpaksa hidup sebagai pengungsi di negara mereka sendiri, tak berdaya melihat rumah, bisnis, dan komunitas mereka dibombardir dan dihancurkan. Dan lebih dari 300.000 warga Lebanon juga terpaksa hidup sebagai pengungsi di negara mereka sendiri,” kata Biden.

“Secara keseluruhan, ini adalah konflik paling mematikan antara Israel dan Hizbullah dalam beberapa dekade,” tambahnya.

(taa/taa)

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *