Jakarta –
Cagub Jateng nomor urut 2, Ahmad Luthfi berjanji akan mengedepankan program petani milenial. Dia juga ingin menjalankan program 1.000 desa wisata.
Luthfi menjelaskan bahwa program ini berangkat dari permasalahan anak muda yang enggan menjadi petani. Oleh karena itu, dia ingin petani milenial bangkit kembali.
“60% pertanian kita ada di Jawa Tengah. Kenapa? Di situ ada iklim dan sumber daya manusia. Tetapi yang tidak kalah penting, rata-rata anak muda kita tidak mau mengikuti pekerjaan bapaknya. Anak muda kita, generasi Z kita pengen yang instan,” kata Luthfi di MAC Ballroom, Jalan Majapahit, Kelurahan Gayamsari, Kecamatan Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (10/11/2024). Debat ini disiarkan oleh KPU Jateng di channel Youtubenya.
“Oleh karena itu kami menggunakan kartu ZiLenial. Dengan cara apa? Petani-petani milenial harus bangkit kembali,” lanjutnya.
Dia membeberkan tiga kategori petani. Dia ingin lebih banyak petani untuk kesenangan.
“Petani pangan dia sawahnya kecil. Petani industri sawahnya besar dia bisa menanam tembakau untuk perusahaan rokok. Tetapi petani kesenangan adalah dia bisa menanamkan produk unggulan, bisa memasarkan bahan sendiri, bisa mengemas sendiri dan bisa untuk menjadi kesenangan sendiri,” ujarnya.
Dia akan mengedepankan petani milenial. Caranya yakni dengan menciptakan satu produk unggulan.
“Apabila terpilih maka petani milenial akan saya kedepankan. Dengan apa? Kita ciptakan di masing-masing desa satu produk unggulan petani milenial,” ujarnya.
Selain itu, dia juga menyodorkan program 1.000 desa wisata. Dia menyinggung soal desa Sikunir yang merupakan desa tertinggi di dunia.
“Di tempat kita akan kita ciptakan program namanya 1000 desa wisata. Contoh misalnya, kita pernah tahu daerah Sikunir, yaitu desa tertinggi di dunia yang itu harus dieskplore anak-anak muda kita,” katanya.
Dia ingin nantinya tempat seperti Sikunir jadi destinasi wisata. Bahkan, turis luar negeri bisa berbondong-bondong ke tempat ini.
“Sehingga turis lokal, domestik, maupun luar negeri tahu di situ ada kampung Sikunir. Tidak usah ke negara lain. Di Indonesia punya,” ungkapnya.
(rdp/imk)