Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan sudah ada 79 warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Lebanon. Mereka keluar dari Lebanon menggunakan jalur darat dan laut.
Menlu Retno menyampaikan ada tiga gelombang evakuasi, yang pertama pada 10 Agustus hingga ketiga pada 28 Agustus, terdapat 25 WNI yang dievakuasi.
Pada 27 September, setelah pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah terbunuh, ada 40 WNI yang bersedia dievakuasi. Namun, proses evakuasi tak bisa menggunakan jalur udara.
“Nah kemudian evakuasi terhadap 40 WNI ini yang 25 melalui udara. 40 ini harus dilakukan evakuasi melalui darat. Karena udara sudah semakin sulit, airspace sudah buka tutup. Maka pada saat itu kita mengambil keputusan mengevakuasi via jalur darat. Jalurnya cukup panjang, Beirut, Damaskus, Aman,” ujarnya.
“Kemudian dari Aman baru terbang ke Jakarta. Dari 40 itu gelombang keempat, tadi kan (gelombang) 1, 2, 3 udara. Gelombang keempat berangkat dari Beirut 2 Oktober, 20 WNI,” ujarnya.
“Kemudian, gelombang kelima berangkat dari Beirut keesokan paginya 3 Oktober, 20 WNI ditambah 1 WNA yaitu spouse dari WNI. Dan pada 7 Oktobernya beliau-beliau sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta,” uajarnya.
Kemudian, KBRI kembali menerima permintaan evakuasi 14 WNI. Evakuasi dilakukan melalui jalur udara dari Beirut-Jeddah-Dubai-Jakarta.
“Gelombang keenam take off dari Beirut 9 Oktober untuk 14 WNI dan sudah tiba kemarin di Soetta pada 10 Oktober. Dengan demikian teman-teman, WNI yang sudah berhasil dievakuasi per 10 Oktober adalah 79 WNI plus 1 warga negara asing yang merupakan spouse dari WNI,” ujarnya.
Retno juga turut menyampaikan dari laporan KBRI Beirut masih ada 85 WNI di Lebanon. Dari informasi, mereka belum mau dievakuasi ke Indonesia.
“Sebagai catatan KBRI Beirut mendata bahwa saat ini jumlah WNI di Lebanon masih 85 orang. Mayoritas adalah WNI yang menikah dengan warga negara Lebanon dan ini belum ingin dievakuasi,” ujarnya.