Kelompok Hamas bersiap untuk memilih pemimpin politik selanjutnya setelah pembunuhan Ismail Haniyeh di Iran, yang diduga didalangi oleh Israel. Siapa saja kandidat yang berpotensi menggantikan mendiang Haniyeh sebagai pemimpin biro politik kelompok yang menguasai Jalur Gaza tersebut?
Sabtu (3/8/2024), spekulasi beredar mengenai suksesi penting hampir 10 bulan setelah perang Gaza meletus setelah serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu.
Haniyeh yang berbasis di Qatar, terpilih menjadi pemimpin biro politik Hamas pada tahun 2017. Dia tewas dalam serangan menjelang fajar yang menghantam wisma tamu tempatnya menginap selama berada di Teheran pada Rabu (31/7), usai menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.
Kontensi dari suksesi ini — kematian akibat kekerasan di tengah perang selama berbulan-bulan di Jalur Gaza — mungkin lebih mempengaruhi masa depan Hamas daripada kepribadian individu pemimpinnya.
Meskipun munculnya kelompok pragmatis yang bergerak ke arah pengakuan tidak langsung atas hak keberadaan Israel, para anggota Hamas tetap berkomitmen pada pendekatan tanpa kompromi dalam memperjuangkan negara Palestina, termasuk melalui cara bersenjata.
Seorang sumber dari Hamas mengatakan kepada AFP bahwa “hubungan dengan negara-negara Arab dan negara-negara Islam” juga akan dipertimbangkan dalam memilih pemimpin berikutnya.
Berikut beberapa nama pejabat senior Hamas yang berpotensi menjadi pemimpin politik Hamas selanjutnya:
– Khalil al-Hayya
Al-Hayya merupakan wakil kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza, dan disebut mengenal baik pemimpin kelompok itu di wilayah tersebut, Yahya Sinwar.
Tahun 2006 lalu, Al-Hayya memimpin blok parlemen Hamas, yang baru saja memenangkan pemilu. Perselisihan politik dan administratif yang terjadi pada bulan-bulan berikutnya menandai dimulainya perpecahan antara Hamas dan Fatah, yang dipimpin Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Al-Hayya yang berulang kali menekankan pentingnya perjuangan bersenjata, telah kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam operasi militer Israel, termasuk salah satunya yang menargetkan rumahnya di Jalur Gaza bagian utara tahun 2007 lalu.
– Musa Abu Marzuk
Marzuk merupakan anggota senior biro politik Hamas, yang dinilai mirip dengan Haniyeh dalam pendekatan pragmatisnya saat bernegosiasi.
Misalnya, Marzuk telah menyatakan dukungan terhadap “gencatan senjata jangka panjang” dengan Israel, dan mendukung penerimaan perbatasan Palestina yang ditetapkan setelah perang Arab-Israel tahun 1967 silam, yang masih menjadi perdebatan bagi sebagian kalangan Hamas.
Tahun 1990-an silam, Marzuk sempat tinggal di Amerika Serikat (AS), di mana dia ditangkap atas tuduhan penggalangan dana untuk sayap bersenjata Hamas. Dia kemudian tinggal di pengasingan, termasuk di Yordania, Mesir dan Qatar.
Marzuk sebelumnya disebut-sebut sebagai calon penerus pemimpin Hamas, namun sejauh ini belum mendapatkan kesuksesan.