Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier hari Rabu (31/7) bertemu dengan beberapa penyintas peristiwa Pemberontakan Warsawa tahun 1944 dan berbicara pada peringatan di Warsawa.
Perlawanan pasukan bawah tanah Polandia untuk mengusir penjajah Nazi dari kota Warsawa dimulai 1 Agustus 1944 dan berlangsung selama 63 hari, sebelum dihancurkan secara brutal oleh militer Jerman.
“Pemberontakan Warsawa adalah salah satu babak paling berdarah dalam sejarah panjang yang dialami oleh kedua bangsa kita, Polandia dan Jerman. Dan ini adalah salah satu babak paling heroik dalam sejarah Polandia,” kata Steinmeier.
Steinmeier merupakan presiden Jerman kedua, setelah Roman Herzog yang pada tahun 1994 diundang untuk berbicara pada upacara peringatan bersejarah tersebut di Polandia. Steinmeier diundang oleh Presiden Polandia Andrzej Duda dan Walikota Warsawa Rafal Trzaskowski.
‘Saya mohon, di sini dan saat ini, untuk pengampunan’
Presiden Jerman mengatakan, di hadapan “khususnya para veteran, para pahlawan Pemberontakan Warsawa, yang duduk di hadapan saya,” bahwa tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan kengerian yang menimpa kota Warsawa selama dua bulan perlawanan.
“Jadi saya ingin mengucapkan satu kalimat saja. Tapi satu kalimat yang sepenuhnya berasal dari hati dan sepenuhnya serius. Saya mohon, saat ini dan saat ini, untuk pengampunan,” katanya.
“Anda, rakyat Polandia, tidak pernah melupakan Pemberontakan Warsawa dan Anda tidak akan pernah melupakannya. Dan kami, rakyat Jerman, yang atas nama saya mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato kepada Anda di sini hari ini, kami juga tidak boleh melupakannya,” lanjut Steinmeier.
Presiden Jerman itu juga mengakui bahwa rekonsiliasi Jerman-Polandia merupakan proses yang sulit bagi kedua belah pihak, khususnya bagi Polandia.
“Saya gembira bahwa kami, warga Jerman dan Polandia, telah menjadi tetangga yang baik. Itu adalah jalan yang panjang, dan tidak pernah mudah bagi kedua belah pihak. Ketika kita mempertimbangkan semua yang telah kita lalui, maka hal ini sebenarnya hampir merupakan sebuah keajaiban” ujarnya.
Proyek Rumah Jerman-Polandia di Berlin
Steinmeier juga berharap ada terobosan baru mengenai topik kontroversial soal reparasi atau kompensasi dari Jerman, dengan adanya pemerintahan yang relatif baru di Polandia pimpinan Perdana Menteri Donald Tusk.
Setelah bertahun-tahun dibawah kekuasaan partai nasionalis PiS, Jerman dan Polandia berselisih tentang soal reparasi. Polandia menuntut imbalan finansial yang harus dibayarkan langsung kepada pemerintah Polandia, sementara pemerintah Jerman bersikeras bahwa permasalahan tersebut telah diselesaikan secara hukum dalam perjanjian-perjanjian sebelumnya.
Dalam kunjungan Donald Tusk ke Jerman baru-baru ini, kedua pemerintah menyampaikan rencana pembangunan Rumah Jerman-Polandia di Berlin dan sebuah forum untuk mengenang penderitaan dan korban Polandia dalam Perang Dunia II, sebagai bagian dari pengelolaan sejarah masa lalu.
“Banyak upaya lain sedang dilakukan, termasuk bagi mereka yang selamat dari pendudukan Jerman. Kedua pemerintah kami bekerja sama erat dalam hal ini,” kata Steinmeier.
Presiden Jerman juga menyinggung pertempuran di Ukraina sebagai perbandingan sejarah. “Saat ini, tidak ada seorang pun di Eropa yang berperang dengan berani dan heroik seperti rakyat Ukraina. Mereka berjuang demi kebebasan dan otonomi mereka. Mereka berperang melawan agresor yang brutal. Kami, Polandia dan Jerman, berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Ukraina dan akan terus melakukannya,” kata Steinmeier.
Frank-Walter Steinmeier akan tetap berada di Polandia hari Kamis (1/8), hari peringatan dimulainya Pemberontakan Warsawa 80 tahun lalu, dan akan melakukan pembicaraan dengan Presiden Polandia Andrzej Duda.