Pilpres Amerika Serikat diwarnai saling sinis dari jauh antara Wakil Presiden AS yang juga kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris dengan rivalnya kandidat dari Partai Republik Donald Trump. Saling sinis itu ditandai Kamala Harris yang mengaku dirinya underdog hingga Tudingan Trump yang menyebut Kamala Harris ‘liberal gila’.
Diketahui, Wakil Presiden AS Kamala Harris, mengakui perjuangan berat untuk mengalahkan Donald Trump pada Pemilu di bulan November. Namun Harris mengatakan kampanyenya digerakkan oleh rakyat sembari menyebut Trump banyak berbohong mengenai rekam jejaknya.
Minggu (28/7/2024), saat Trump berpidato di konferensi bitcoin di Tennessee, Harris berbicara di acara penggalangan dana di Massachusetts dengan tamu selebriti termasuk penyanyi-penulis lagu James Taylor dan pemain cello Yoyo Ma.
“Kami adalah underdog dalam perlombaan ini, tetapi ini adalah kampanye yang digerakkan oleh rakyat,” katanya kepada khalayak di acara tersebut, yang menurut kampanyenya akan menghasilkan $1,4 juta.
Menurutnya Trump menggunakan beberapa kebohongan dalam melakukan kampanyenya. Ia menyebut Trump dengan sebutan aneh.
“Donald Trump telah menggunakan beberapa kebohongan liar tentang rekam jejak saya. Dan beberapa dari apa yang dia dan calon wakil presidennya katakan, yah, itu aneh sekali,” katanya.
Tim kampanye Harris telah mengadopsi kata ‘aneh’ sebagai istilah umum baru untuk menggambarkan retorika agresif Trump.
Serangannya mencakup tuduhan bahwa Harris ingin melegalkan pembunuhan bayi yang baru lahir, yaitu kebohongan yang berasal dari dukungan kuat wakil presiden terhadap hak aborsi.
Harris telah menjadikan advokasinya tentang masalah tersebut sebagai inti kampanyenya melawan Trump, yang nominasi konservatifnya ke Mahkamah Agung membantu membatalkan hak nasional untuk prosedur tersebut pada tahun 2022.
Selama serangkaian kunjungan kampanye minggu ini, Harris (59) kembali membandingkan latar belakangnya sebagai jaksa dengan catatan Trump sebagai penjahat yang dihukum dan mengatakan tawarannya adalah tentang masa depan. Sementara Trump (78) disebutnya ingin mengembalikan negara itu ke “masa lalu yang kelam”.